JAKARTAINSIDER – Akibat dari perang Rusia dan Ukraina di bagian barat banyak negara Eropa yang kerasa di rugikan bahkan alami kekhawatiran perang berlanjut.
Menteri luar negri Belarus, dalam hal ini mengalahkan NATO yang tak bisa sikapi perang Ukraina.
Di mata menteri luar negeri Belarus, akar penyebab perang di Ukraina dimulai 30 tahun lalu hingga berakhirnya Perang Dingin.
Pada saat itu, tidak ada perjanjian resmi – hanya “kesepakatan tuan-tuan” yang membuka jalan bagi Barat untuk mengamankan dominasinya.
Ada sebagian melalui perluasan Aliansi Perjanjian Atlantik Utara, Vladimir Makei mengatakan kepada Majelis Umum PBB.
Dengan dorongannya untuk memperbesar NATO, Barat pada dasarnya telah menginjak-injak keamanan yang tak terpisahkan, prinsip vital, yang menyatakan bahwa satu pihak tidak boleh berusaha mencapai keamanannya sendiri dengan mengorbankan pihak lain,” ungkap nya seperti di kutip dari laman Abcnews.com pada Senin 26 September 2022.
Perdana Menteri Belarusia Makei, mengungkapkan bahwa NATO dan Barat, dalam upaya mereka untuk memperluas ke timur, "mengabaikan kepentingan keamanan yang sah dari Rusia dan Belarus."
Tak hanya itu, Dia menggambarkan keterlibatan NATO dalam apa yang dia sebut "perang ilegal" di Yugoslavia, Irak, Libya dan Suriah, "di samping terhadap upaya Aliansi untuk merambah beberapa Slavia Timur yang bersejarah dan tanah yang berdekatan.”
Oleh karena itu,” katanya, “adalah Barat kolektif yang harus sepenuhnya memikul tanggung jawab atas pertumpahan darah yang sedang berlangsung di Ukraina.” Tegas Makei.
Argumen Makei secara mengejutkan mencerminkan argumen yang dibuat oleh Rusia, sekutu Belarusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan ekspansi NATO ke perbatasan Rusia sebagai ancaman keamanan utama bagi negaranya.
Ketika dia pertama kali mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dia mengutip hubungan militer yang semakin dekat antara Kyiv dan Barat sebagai alasan utama di balik tindakannya.
Presiden otoriter Belarus, Alexander Lukashenko, telah mengikat dirinya dengan Putin, yang oleh pembangkang Sviatlana Tsikhanouskaya dikaitkan dengan saling pengertian antara kedua pemimpin.
Lukashenko harus mendukung invasi Rusia ke Ukraina, katanya kepada The Associated Press, karena Putin mendukungnya setelah protes massal terhadap hasil pemilu resmi 2020 .
Dan yang memberi Lukashenko masa jabatan keenam dengan 80% suara. Banyak warga Belarusia dan pengamat internasional mencela hasil itu sebagai tipuan, percaya bahwa Tsikhanouskaya telah menang.