politika

Hadiri KTT G20 di India, Presiden Jokowi ajak pemimpin dunia untuk selamatkan bumi dari perubahan iklim

Minggu, 10 September 2023 | 13:00 WIB
Presiden Jokowi tegas memanggil para pemimpin G20 di Konferensi Tingkat Tinggi India untuk bersatu melindungi bumi dari perubahan iklim (kemlu.go.id)

JAKARTA INSIDER - Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dengan penuh semangat menghadiri Sesi Pertama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India yang digelar di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Maidan, New Delhi pada hari Sabtu (09/09).

Kedatangan beliau disambut hangat oleh Perdana Menteri Narendra Modi, dan momen bersejarah itu ditandai dengan foto bersama di depan ikonik Konark Sun Temple, sebuah situs warisan dunia UNESCO.

Dalam pertemuan sesi pertama KTT G20 India yang mengangkat tema "One Earth," Presiden Jokowi dengan tegas menyuarakan keprihatinannya terhadap kondisi bumi yang semakin rapuh.

Baca Juga: PM Modi berencana ubah nama negara India menjadi Bharat, inilah dampaknya terhadap Indonesia dan Asia Tenggara

Dia memaparkan sejumlah langkah konkret yang dapat dilakukan oleh negara-negara G20 untuk menghadapi perubahan iklim yang semakin meresahkan.

"Bumi kita tengah sakit, pada bulan Juli lalu, suhu dunia mencapai titik tertinggi dan diprediksi akan terus meningkat dalam lima tahun ke depan. Ini akan sulit ditahan, kecuali dunia menghadangnya secara masif dan radikal," ujar Presiden Jokowi.

Dalam konteks ini, Presiden Jokowi menekankan perlunya percepatan transisi menuju ekonomi rendah karbon sebagai salah satu solusi yang mendesak.

Baca Juga: India sebut diri sendiri sebagai Bharat di undangan G20, diduga akan ganti nama resmi

Dia juga mengkritisi bahwa pelaksanaan penurunan emisi saat ini masih terlalu terbatas.

Lebih jauh, Presiden Jokowi menyentil bahwa komitmen pendanaan dari negara-negara maju seringkali hanya berupa janji kosong di atas kertas, termasuk pendanaan sebesar USD 100 miliar per tahun untuk iklim dan fasilitas pendanaan loss dan damage.

Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa negara-negara berkembang yang ingin mempercepat penurunan emisi memerlukan bantuan dalam teknologi dan investasi hijau.

Baca Juga: India mencatat sejarah, Chandrayaan 3 berhasil mendarat di Kutub Selatan Bulan

Dia juga memandang pentingnya pendanaan dalam mendukung upaya penurunan emisi, dengan menggarisbawahi bahwa kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta akan menjadi kunci sukses dalam mengatasi krisis iklim.

"Tahun lalu di Bali, Indonesia telah menginisiasi G20 Bali Global Blended Finance Alliance, sehingga skema Just Energy Transition Partnership (JETP) ini harus diperluas dan diperbesar. Dibutuhkan standar global untuk mencegah praktik greenwashing dan reformasi Bank Pembangunan Multilateral (MDB) harus mencerminkan representasi negara-negara anggotanya," papar Presiden.

Halaman:

Tags

Terkini