Banyak ibu-ibu, wanita, orangtua dan anak-anak kecil yang terlihat sesak nggak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion. Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata. Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet.
Di dalam stadion mereka sesak karena gas air mata yang sudah ditembakkan ke berbagai arah, sedangkan untuk keluar stadion pun nggak bisa karena macet penuh sesak di pintu keluar.
Di luar stadion banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata.
Dan sekitar pukul 22.30 juga masih banyak insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat, dan pengeroyokan supporter terhadap aparat yang dianggap mengurung kita di dalam stadion dengan puluhan gas air mata.
Dan terjadi beberapa tembakan gas air mata kembali di luar stadion , lebih tepatnya sekitar tribun 2 Kanjuruhan.
Kondisi luar stadion Kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak supporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita. Supporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata-kata makian dan amarah. Batu, batako, besi dan bambu beterbangan.
Dan selama saya jadi supporter Arema, saya dikenalkan Arema oleh orangtua saya tahun 2007 hingga saat ini.
Hari ini 01 Oktober 2022 adalah titik terendah saya menjadi seorang supporter.
Saya masih belum percaya menyaksikan saudara-saudara saya dengan kondisi seperti ini.
Tanpa mengurangi rasa respect saya pada keluarga korban. Disini saya mencoba menjelaskan kronologi yang saya alami secara pribadi.
Saya sangat terpukul dengan adanya insiden ini. Dan semoga kejadian ini adalah yang terakhir dan semua cabang olahraga dan hiburan, khususnya sepakbola."
Dunia sepakbola kini sedang berduka dan tidak baik-baik saja.
Tak ada sepakbola yang seharga nyawa.***