Kebenaran akan membela dirinya sendiri.
Dalam konteks tersebut, kebenaran akan mewujudkan kepercayaan, kepercayaan akan menghasilkan citra dan berujung pada apresiasi masyarakat terhadap polisi.
Dan itu semua, perlu dikomunikasikan.
Seragam, asesories, simbol kepolisian, perilaku aparat, wewenang & kekuasaan, kepastian & penegakan hukum, kinerja polisi serta komitmen dan slogan, menurut Putut, merupakan faktor penentu darimana kepercayaan itu berasal.
“Namun hati-hati seragam, perilaku aparat dan lain-lainnya itu merupakan kekuatan tetapi sekaligus sumber masalah,” katanya.
Kebenaran yang menjadi center of gravity (pusat kekuatan) Polri terdapat dalam Tri Brata nomer 2 (dua), dan di dalam Catur Prasetya nomer 3 (tiga) perlu diketahui masyarakat.
Yakni, “Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945“, dan ’Menjamin kepastian berdasarkan hukum“.
Melihat dinamika kepercayaan masyarakat terhadap Polri, menurut Putut Prabantoro, intitusi penegak hukum ini perlu melakukan Redefining dalam manajemen media mengingat pada saat ini komunikasi tidaklah mudah karena begitu banyak kanal yang digunakan.
Selain itu, kesulitan komunikasi bertambah karena masing-masing kanal memiliki generasi sendiri dan memerlukan cara komunikasi, konten dan konteks yang berbeda dalam penyajiannya.
”Yang paling penting apapun bentuknya, sebuah media memerlukan reader, follower, subscriber.
Sebaik apapun sebuah tulisan ataupun video jika tidak dibaca atau dilihat dan tidak memiliki dampak, tidak ada gunanya.
Reader, follower dan subscriber adalah netizen cerdas yang mampu menghadirkan informasi sesuai kebutuhannya.
Netizen ini yang menentukan bahwa sebuah informasi adalah sampah atau tidak berdasarkan persepsi, interpretasi dan perspektifnya,” ujarnya.
Dijelaskan lebih lanjut, seberapa banyak follower atau subscriber ditentukan oleh konten yang dibungkus dalam isu.
Yang tidak boleh dilupakan, kehebatan & kekuatan konten, isu dan opini publik membutuhkan teknologi untuk men-delivery pesan kepada netizen.