Hakim, "Kemudian saudara perintahkan Kuat Maruf untuk manggil Yosua. Terus?"
Sambo, "Saya masuk ke dalam, Richard turun. Kemudian setelah itu, Kuat, Yosua masuk bersama Kuat dan Ricky di belakangnya. Saya masih perhatikan. Begitu masuk saya sudah emosi waktu itu karena mengingat perlakuan Yosua kepada istri saya."
Sambo, "Saya kemudian berhadapan dengan Yosua. Saya sampaikan kepada Yosua kenapa kamu tega sama ibu. Jawaban Yosua tidak seperti yang saya harapkan. Dia malah menanya balik, ada apa komandan seperti menantang, saya kemudian lupa."
Sambo, "Lupa saya tidak bisa mengingat lagi. Saya bilang kamu kurang ajar. Saya perintahkan Richard untuk hajar, Chard."
Baca Juga: Bek Persib Bandung asal Belanda merasa senang usai kembali bertanding, tapi sedih gegara hal ini
Hakim, "Bagaimana cara saudara memerintahkan Richard?"
Sambo, "Hajar Chard. Kamu hajar Chard, kemudian ditembaklah Yosua sambil maju sampai roboh, Yang Mulia."
Sambo, "Itu kejadian cepat sekali. Tidak sampai sekian detik karena cepat sekali penembakan itu."
Hakim, "Kemudian?"
Sambo, "Saya kaget, kemudian saya sampaikan, stop berhenti. Begitu melihat Yosua jatuh kemudian sudah ada berlumuran darah, saya jadi panik, Yang Mulia. Saya tidak tahu bagaimana harus menyelesaikan penembakan ini."
Hakim, "Terus?"
Sambo, "Kemudian saya berpikir dengan pengalaman saya yang paling memungkinkan bahwa peristiwa penembakan ini ada tembak menembak, Yang Mulia. Akhirnya kemudian saya melihat senjata Yosua di pinggang, saya kemudian mengambil dan mengarahkan tembakan ke dinding, Yang Mulia."
Hakim, "Pinggang siapa?"
Sambo, "Pinggang Yosua."