Baca Juga: Bu Lanny, perempuan tangguh di balik kesuksesan Blok M Plaza yang tersambung dengan MRT Jakarta
Pelaku, yang berusaha melarikan diri, berhasil diamankan oleh warga sekitar sebelum polisi tiba di tempat kejadian.
Namun, yang membingungkan adalah ketika polisi membawa korban dan pelaku ke kantor polisi menggunakan angkot yang sama, di mana korban kembali menjadi korban pemukulan oleh pelaku.
Selama proses interogasi di kantor polisi, pelaku tidak dapat memberikan identitas yang jelas.
Polisi menduga bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa berdasarkan percakapan yang tidak koheren.
Baca Juga: Cak Nun masih terbaring sakit di Yogyakarta, Presiden Jokowi sempatkan kunjungan ketika dinas
Alasan yang disampaikan oleh pelaku adalah bahwa ia sering diejek sebagai orang gila di Kramat Jati, meskipun korban sebenarnya tidak tinggal di Jakarta.
Korban kemudian membuat surat pernyataan untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa depan.
Namun, karena pelaku diduga mengalami gangguan jiwa, tidak ada tindakan hukum yang dapat diambil terhadapnya.
Meskipun demikian, korban dan penumpang lain berharap agar Transjakarta meningkatkan keamanan di dalam bus dengan menambahkan petugas atau pramusapa sebagai tindakan pencegahan.
Baca Juga: Kisah pilu fasilitator tim ahli DP3AKB Jawa Barat, honor Januari-Maret 2020 masih belum cair
Insiden ini telah menimbulkan rasa takut dan trauma bagi korban.
Ia merasa khawatir untuk menggunakan bus Transjakarta lagi di masa mendatang.
Kejadian ini juga mengingatkan akan potensi bahaya yang lebih besar, seperti serangan dengan senjata tajam.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak Transjakarta terkait insiden ini.