JAKARTA INSIDER - Hustle culture didefinisikan sebagai gaya hidup seseorang yang rela bekerja terus menerus hingga melewati batas kemampuan untuk mencapai tujuan.
Hustle culture mengacu pada budaya kerja di mana karyawan mendorong diri mereka untuk mencapai kesuksesan. Budaya kerja ini secara tak langsung juga mendorong pekerja untuk bergerak lebih cepat secara agresif.
Fenomena hustle culture sendiri umumnya banyak terjadi pada angkatan kerja dari generasi milenial dan gen Z.
Karyawan yang mengikuti prinsip kerja hustle culture juga umumnya sangat perfeksionis sekaligus ambisius. Mereka bakal memastikan bahwa pekerjaannya sudah diselesaikan dengan sempurna, serta melakukan lebih dan lebih.
Baca Juga: Berhemat dan fleksibel, simak 5 jurus jitu menjadi entrepreneur sukses
Melihat pola kerjanya, gaya hidup seperti ini sejatinya tidaklah sehat. Ia bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental maupun fisik pekerja.
Tak hanya itu, hubungan pekerja dengan rekan-rekannya di kantor juga bisa terganggu karena pengaruh sifat kompetitif yang kurang sehat.
Budaya hustle culture ini sebetulnya bukanlah hal baru. Dia lahir sejak sekitar tahun 1970-an dan lebih menggila dari sebelumnya karena pengaruh media sosial.
Baca Juga: Bongkar rahasia sukses pengusaha muda. Nomor 11 sangat penting dilakukan.
Bagi orang-orang yang terjebak dalam budaya ini, mereka hampir tidak pernah istirahat dan ketika mereka punya waktu untuk istirahat biasanya yang mereka pikirkan hanyalah pekerjaan.
Dilansir Psychology Today, masalah utama dalam hustle culture adalah media sosial. Hal tersebut dapat mengisolasi banyak dari kita, karena kita terus-menerus dibanjiri dengan momen "terbaik" orang lain dan membandingkan diri kita dengan mereka.
Mengapa demikian? Karena kita hanya melihat apa yang terjadi di media sosial, sementara itu tidak melihat cakupan penuh dari kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitar.
Baca Juga: Jangan pernah bangun kesiangan. Agar pikiran lebih fokus dan hidup lebih bahagia
Ciri-ciri Hustle Culture