Baca Juga: Mikel Arteta ungkap kapan William Saliba bakal bermain di skuad Arsenal
Sebelum kita mempelajari lebih dalam, mari kita pahami dulu ilmu di balik madu:
Ada apa dengan madu?
Menurut CDC, madu menimbulkan risiko terbesar saat dikonsumsi mentah, yang berarti masih mengandung banyak jenis bakteri, termasuk yang menyebabkan botulisme yang mungkin berbahaya bagi kesehatan pencernaan.
Begitu spora bakteri memasuki tubuh, ia menghasilkan botulinum, racun saraf berbahaya yang dapat mengancam jiwa manusia.
Bila diproduksi dalam jumlah banyak, toksin ini bisa menyebabkan kelumpuhan. Namun, bakteri tidak hanya ditemukan dalam madu, tetapi hampir di mana-mana, mulai dari debu atau tanah hingga berbagai permukaan di dalam rumah bahkan setelah Anda baru saja membersihkannya.
Baca Juga: Putin masih dipercayakan oleh publik Rusia, hasil jajak pendapat terkini
Bayi di bawah 1 tahun tidak boleh mengonsumsi madu, rekomendasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
Artinya, madu bukan satu-satunya makanan berbahaya yang dapat membuat anak-anak berisiko botulisme. Madu sebenarnya ada di sekitar kita. Untuk anak-anak yang sehat, bakteri biasanya tidak berbahaya meski tertelan.
Namun, hal yang sama tidak berlaku untuk bayi baru lahir, yang menjadi lebih rentan sakit jika mereka secara tidak sengaja menelan sesuatu yang terkontaminasi dengan jenis bakteri ini.
Perlu dicatat bahwa tidak semua bayi mengembangkan botulisme, tetapi untuk amannya, CDC mengatakan bayi tidak boleh diberi madu hanya karena mereka masih belum memiliki banyak bakteri, baik di perut kecil mereka untuk melawan penyakit.
Aman untuk Ibu Hamil?
Kembali ke kasus ibu hamil, madu sebenarnya aman dikonsumsi dan tidak akan mempengaruhi kesehatan bayi.
Ini karena induknya sudah dewasa, yang berarti dia memiliki lingkungan mikrobioma pencernaan untuk membunuh spora Clostridium.