Semakin tinggi ketinggian daerah, titik didih menjadi turun (di bawah 100 derajat Celcius), sehingga walau sudah mencapai titik didih, bakteri dan virus bisa saja tidak sepenuhnya hilang dalam waktu singkat.
Lalu Anda perlu ingat bahwa air panas tidak sama dengan air mendidih. Tidak benar bahwa air panas mampu menghilangan bakteri dan virus sepenuhnya, tapi air mendidih mampu. Pemahaman ini perlu diketahui oleh semua masyarakat.
Sayangnya, perebusan air sangat rentan terhadap rekontaminasi, yaitu terjadinya pencemaran kembali.
Rekontaminasi ini biasanya terjadi saat air yang suhunya sudah turun setelah dimasak dipindahkan ke wadah lain yang tidak bersih. Bisa juga air yang sudah mendingin tadi kemudian disaring dengan saringan kain yang tidak bersih.
Praktik penyaringan ini biasanya terjadi di wilayah yang memiliki kadar kapur yang cukup tinggi.
Teknik pengolahan air minum lainnya adalah filtrasi atau penyaringan.
Baca Juga: IPW : Praktik mafia tambang gunakan modus hostile takeover, caplok perusahaan tambang seolah legal
Teknik ini umumnya menggunakan produk dasar dari keramik yang didesain sedemikian rupa agar mampu menyaring bakteri dan virus. Produk komersialnya sudah banyak tersedia di pasaran.
Air yang sudah diolah akan berisiko terkontaminasi kembali jika disimpan dalam wadah yang tidak aman.
Beberapa kriteria wadah yang aman, antara lain memiliki tutup, tidak retak, dan bermulut kecil agar menghalangi kontak langsung antara tangan dan air. Tapi wadah juga harus memiliki lubang yang cukup besar untuk memudahkan pembersihan.
Ingat pula bahwa kita perlu rutin membersihkan wadah penyimpanan air minum dengan sabun. Kita juga bisa membilas bagian dalam wadah dengan air mendidih.
Kondisi kebersihan atau higienitas di sekitar wadah penyimpanan air minum perlu diperhatikan.
Baca Juga: Buntut konten 'Polisi Pengabdi Mafia', Kamaruddin Simanjutak dan Uya Kuya dipolisikan
Penelitian kami di Nusa Tenggara Timur (NTT) menyimpulkan bahwa pengolahan air minum akan lebih efektif jika dibarengi dengan dapur yang bersih.