JAKARTA INSIDER - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) telah menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir setelah seorang mahasiswa bernama Mohammad Rafi Azzamy mengungkapkan keluhan tentang kondisi kampus yang dianggapnya toksik.
Namun, terjadi perubahan dramatis dalam narasi ini setelah Rafi dan Rektor UMM, Pak Fauzan, bertemu dalam suasana yang santai dan penuh tawa.
Hasil dari pertemuan ini sama seperti yang telah disampaikan sebelumnya, yaitu saling meminta maaf dan saling memaafkan.
Baca Juga: Kontroversi penyelenggaran haji tidak sesimpel itu, banyak aspek yang bisa menjadi salah paham
Meskipun mungkin banyak pihak yang tidak menyukai akhir yang damai ini, Muhammadiyah sebenarnya bertujuan untuk mencerdaskan, bukan membully dan mempersekusi seperti yang mereka inginkan.
Kisah ini bermula ketika Rafi, seorang mahasiswa UMM, memutuskan untuk pindah ke Universitas Brawijaya (UB) setelah merasa tidak puas dengan kondisi kampusnya.
Pengalamannya yang tak mengenakkan ia bagikan melalui Twitter, di mana ia mengungkapkan tentang gedung yang jelek, dosen yang jarang masuk, dan birokrat penjilat yang menguras tenaga di UMM.
Baca Juga: Nahel, remaja yang tewas ditembak oleh polisi Prancis penyebab kerusuhan di seluruh negeri
Rafi juga memberikan bukti berupa video yang menunjukkan kondisi tidak layak di dalam gedung UMM, termasuk keberadaan tai kucing yang sering terjadi.
Selain itu, ia juga menyinggung dosen-dosen di jurusannya yang lebih sibuk menjadi panitia acara-acara seremonial kampus daripada mengajar.
Rafi pernah menulis surat terbuka kepada dosen-dosen tersebut untuk mengungkapkan keanehan ini.
Walaupun ada yang meragukan kabar yang disampaikan Rafi, ia tetap teguh dengan pendiriannya bahwa UMM memiliki masalah yang lebih besar daripada UB.
Keputusannya untuk pindah ke UB didasarkan pada harapan untuk menemukan kondisi yang lebih baik.