Baca Juga: UMM Toxic dan Tidak Layak: Pengalaman Mahasiswa yang Berhijrah ke Universitas Brawijaya
Beberapa orang tanpa sadar menceritakan aspek negatif dari perusahaan sebelumnya, dan hal ini dapat mempengaruhi penilaian perekrut dalam proses seleksi karyawan.
Tindakan tersebut dapat menimbulkan pertanyaan tentang loyalitas, sikap negatif, dan kemampuan untuk bekerja secara profesional.
Tindakannya tersebut bisa menjadi masalah di dunia kerja.
Ada risiko yang harus dihadapi ketika mengkritik almamater sebelumnya.
Baca Juga: Pemerintah Indonesia dituding tidak punya uang, pegawai Kementerian Keuangan buka suara
Sebaiknya para mahasiswa yang tidak puas dengan kondisi kampusnya berdialog dengan pihak berwenang atau mencoba menjadi bagian dari badan eksekutif mahasiswa (BEM) untuk membawa perubahan yang lebih baik.
Jika seorang mahasiswa benar-benar tidak puas dengan kondisi kampusnya dan memilih untuk pindah, langkah yang tepat adalah meninggalkan almamater secara terhormat.
Tanpa mengkritik atau menjelekkan nama almamater, mahasiswa dapat mencari tempat kuliah yang lebih sesuai dengan preferensi dan harapannya.
Pada akhirnya, sikap yang diperlukan adalah strategis dan berpikir jauh ke depan.
Baca Juga: Rahasia Sukses Wawancara Kerja Bersama HRD: Jadikan Peluang Diterima Lebih Tinggi!
Mahasiswa harus memahami bahwa tidak ada universitas yang sempurna dan bahwa setiap tempat kuliah memiliki kelebihan dan kekurangan.
Jika ada yang ingin diubah, tindakan konkret harus diambil untuk mengatasi akar permasalahan, bukan hanya "curhat di medsos."***
Artikel Terkait
Universitas Pelita Harapan: Mendorong Pendidikan Berkualitas Dengan Kolaborasi
Bank Indonesia Siap Jalankan Rencana Strategis untuk Redenominasi Rupiah
Pemerintah Indonesia dituding tidak punya uang, pegawai Kementerian Keuangan buka suara
Rahasia Sukses Wawancara Kerja Bersama HRD: Jadikan Peluang Diterima Lebih Tinggi!
UMM Toxic dan Tidak Layak: Pengalaman Mahasiswa yang Berhijrah ke Universitas Brawijaya