Salah satu risiko adalah retraumatisasi atau trauma ulang, terutama jika terapis tidak memahami dan melandaskan praktiknya dari pengetahuan tentang trauma.
Sementara itu, kelegaan yang dirasakan setelah katarsis dapat menimbulkan ketergantungan, sehingga sulit membedakan antara merasa lebih baik dengan benar-benar pulih.
Tentu saja, konsumen berhak memilih layanan yang mereka rasa tepat untuk mereka.
Baca Juga: BNN Kota Tasikmalaya minta partisipasi dan apresiasi THR paket lebaran ke Direktur PO Bis Budiman
Namun, mereka juga harus memahami informasi tentang potensi dan risiko dari layanan tersebut.
Penting bagi terapis untuk sadar akan kebutuhan antar personal yang mungkin berbeda dan mencegah terjadinya trigger atau retraumatisasi bagi anggota grup lain.
Jadi, apakah lebih baik berkonsultasi dengan psikolog yang lebih ahli daripada menggunakan jasa pemulihan?
Ada banyak strategi pemulihan yang tersedia, baik itu individual maupun group, dan keduanya memiliki peran masing-masing.
Namun, terapis perlu memahami dan melandaskan praktik mereka dari pengetahuan tentang trauma dan memprioritaskan keamanan dan privasi konsumen.***
Artikel Terkait
Kisah selingkuh terbongkar di rumah, wanita ini tertangkap basah bersama pria lain, ternyata sembunyi di sini
BNN Kota Tasikmalaya minta partisipasi dan apresiasi THR paket lebaran ke Direktur PO Bis Budiman
Telat bayar sekali, pengguna Gopaylater cicil diterror debt collector berkali-kali oleh banyak nomor
Tidak ingin dideportasi ke negaranya, WNA asal negara ini serang petugas imigrasi dan Densus 88
Diduga sakit jiwa, Andreawan Yudo sering bikin onar di tempat umum, sekarang sudah ditangkap polisi