Bagaimana Perempuan Mendefinisikan Ulang Kota Tempat Kita Tinggal

photo author
- Selasa, 19 Agustus 2025 | 17:31 WIB
Bagaimana Perempuan Mendefinisikan Ulang Kota Tempat Kita Tinggal
Bagaimana Perempuan Mendefinisikan Ulang Kota Tempat Kita Tinggal

Dengan 70% populasi dunia diperkirakan akan tinggal di kawasan urban pada tahun 2050, kita butuh kepemimpinan yang benar-benar memahami berbagai pengalaman hidup masyarakat.

Kepemimpinan perempuan, khususnya, sekarang bukan lagi sekadar ‘bonus’, tapi sebuah keharusan. Inilah saatnya kita membentuk masa depan secara strategis, menyeluruh, dan berdampak jangka panjang.

Dan kita bisa melihat perubahan ini di berbagai penjuru dunia.

Di Freetown, Sierra Leone, Wali Kota Yvonne Aki-Sawyerr punya agenda besar soal iklim, dan berhasil menghijaukan kotanya dengan menanam lebih dari satu juta pohon lewat inisiatif #FreetownTheTreeTown.

Tapi ini bukan sekadar soal ketahanan iklim, melainkan juga soal keadilan ekonomi. Kampanye ini menciptakan lebih dari 1.000 lapangan kerja hijau, banyak di antaranya diisi oleh perempuan dan anak muda dari komunitas rentan.

Cara berpikir yang menyeluruh seperti ini, iklim, komunitas, dan kepedulian, bukan terjadi secara kebetulan.

Di Indonesia, Tri Rismaharini, atau yang kita kenal sebagai Bu Risma, merevolusi Surabaya dengan membangun infrastruktur hijau dan ruang publik yang menyatu dengan kota.

Fokus beliau bukan sekadar mempercantik tampilan kota. Pendekatannya sangat manusiawi: menurunkan suhu perkotaan, menjaga kesehatan mental, dan menyediakan ruang aman serta inklusif bagi perempuan, anak-anak, dan lansia.

Ia paham betul bahwa kesejahteraan kota dimulai dari tempat di mana kita bisa berkumpul, berjalan, bernapas, dan beristirahat.

Di Cape Town, mantan wali kota Patricia de Lille menyoroti isu penting lainnya: keselamatan.

Di bawah kepemimpinannya, Cape Town jadi kota pertama di Afrika bagian selatan yang bergabung dalam Inisiatif Kota Aman dari UN Women.

Transportasi publik, yang seringkali luput dari perhatian dalam konteks keselamatan, dirombak berdasarkan masukan langsung dari perempuan. Kebijakan pun akhirnya selaras dengan pengalaman hidup nyata masyarakat.

Dan di sini, di Dubai, kita bisa melihat jejak para perempuan visioner yang membentuk kota bukan hanya dalam teori, tapi secara nyata dan langsung.

Kepemimpinan perempuan dalam Expo 2020 Dubai, yang kini berkembang menjadi Expo City Dubai, menghadirkan pembangunan berkelanjutan dan desain inklusif sejak awal.

Expo City bukan kota yang ‘diperbaiki’ setelah jadi, tapi kota yang dirancang sejak awal untuk bisa dilalui dengan mudah, ramah iklim, dan berbasis komunitas.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayatul Nissa Rahmadani

Sumber: Opini

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

5 rekomendasi tempat liburan yang ada di kota Bandung

Minggu, 21 Desember 2025 | 23:50 WIB
X