JAKARTA INSIDER - Belakangan ini, Nafas Indonesia, salah satu penyedia data kualitas udara yang sedang naik daun, mendapat sorotan tajam terkait akurasi alat sensor yang mereka gunakan.
Co-Founder Nafas Indonesia, Piotr Jakubowski, memberikan respons tegas terhadap tudingan bahwa alat sensor yang mereka pakai adalah hoaks.
Dalam sebuah cuitan di Twitter, Piotr Jakubowski (@piotrj) menjelaskan beberapa fakta terkait alat sensor yang digunakan oleh Nafas Indonesia.
Berikut adalah poin-poin yang diungkapkannya:
1. Sensor Berkualitas Tinggi dengan Izin Resmi
Jakubowski menjelaskan bahwa sensor yang digunakan oleh Nafas Indonesia bukanlah buatan sembarangan.
Mereka bekerjasama dengan Airly, sebuah perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam monitoring kualitas udara dan sudah bermitra dengan banyak pemerintah daerah, kota, dan negara di 40 negara.
Sensor ini telah digunakan oleh pemerintah di berbagai negara seperti UK, Prancis, Jerman, Yunani, Polandia, dan banyak negara lainnya.
Ini menunjukkan bahwa pemilihan sensor bukanlah keputusan yang dilewatkan begitu saja oleh banyak negara terkait.
2. Sensor Sudah Terkalibrasi dan Mendapat Sertifikasi Tertinggi
Sensor Airly telah terkalibrasi sebelum dikirim ke Indonesia, dan bahkan telah mendapatkan sertifikasi MCERTS dari UK.
MCERTS adalah sertifikasi tertinggi di dunia untuk alat-alat seperti ini, menegaskan bahwa sensor tersebut memenuhi standar kualitas yang sangat tinggi.
Artikel Terkait
Mengatasi polusi udara di Jakarta, tantangan dan solusi menurut Grace Tahir dan Piotr Jakubowski dari Nafas
Imbas dari polusi udara di kota Jakarta, klaim BPJS Kesehatan tembus menjadi Rp10 triliun
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, wajibkan gedung tinggi gunakan water mist untuk atasi polusi udara
Diduga jadi penyebab polusi udara kota Jakarta, banyak usaha pabrik arang ditutup, pengusaha keluhkan hal ini
Menteri Keuangan, Sri Mulyani terkena ISPA imbas polusi udara kota Jakarta yang hingga kini belum terpecahkan