“Pasar sawit itu akan tetap tumbuh karena basic need nya untuk makanan, energi, industri. Jadi Indonesia ketakutan kehilangan Eropa? Tidak ya karena pasar yang lain akan terus tumbuh dengan baik,” kata Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono.
Joko Supriyono menilai Uni Eropa sebenarnya juga tidak ingin melarang sawit karena pada saat Indonesia melarang ekspor sawit pada 2022, Eropa juga kebingungan mencari negara pengekspor sawit akibat kebutuhan industri Eropa yang cukup tinggi.
“Buktinya sewaktu kita mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor, Uni Eropa kebingungan,” ujar Joko Supriyono.
Baca Juga: Kaesang dan Erina Gudono berkunjung ke rumah Raffi Ahmad dan Nagita Slavina. Begini keseruannya
Dewan Negara-Negara Penghasil Kelapa Sawit (CPOPC) mencatat, produksi minyak sawit (CPO) pada periode 2022/23 sebanyak 79,16 juta metrik ton. Indonesia berkontribusi sekitar 58 persen atau setara 46,5 juta metrik ton dari total pasokan minyak sawit dunia.
Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit (The Council of Palm Oil Producing Countires-CPOPC) didirikan oleh Indonesia dan Malaysia di Kuala Lumpur, pada 21 November 2015.
Produksi minyak kelapa sawit di Indonesia pada 2021 mencapai 30,504 juta ton. Indonesia merupakan eksportir minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil) terbesar di dunia pada 2020 dengan kontribusi 46,8 persen.
Baca Juga: Perburuan gelar juara Liga 1 semakin ketat: Persija melesat, PSM dan tim lain lengser
Berikut daftar negara yang menjadi tujuan ekspor utama minyak sawit Indonesia pada 2021:
- China 4,703 juta ton
- India 3,034 juta ton
- Pakistan 2,655 juta ton
- AS 1,640 juta ton
- Bangladesh 1,311 juta ton