"Indonesia banyak sawit, peluang produksi bensin sawit cukup besar," katanya.
Awalnya ITB hanya berhasil memproduksi 250 ml per jam, kemudian 10 liter per hari, dan sekarang sudah memproduksi sebanyak 1.000 liter.
Diakui, untuk pengembangan skala besar hingga komersial, masih terus memerlukan dukungan kuat dan syukur BPDPKS, menyatakan kesiapan untuk terus mendukung.
Tim, ujar dia, berharap pada 2024 produksi bensin sawit sudah bisa dikembangkan lebih besar atau dikomersialkan. Dengan harapan juga harga jualnya bisa lebih murah.
Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrachman mengatakan terciptanya bensin sawit merupakan bukti wujud kerja sama BPDPKS dengan peneliti.
BPDPKS, ujar Eddy Abdurrachman terus berkontribusi untuk terus meningkatkan penelitian tentang sawit.
BPDPKS misalnya, terus mendanai penelitian inovasi lanjut katalis dan teknologi bensin sawit itu.
Termasuk pengembangan teknologi produksi percontohan industrial vegetable oil (IVO) dan minyak makan sehat dari kelapa sawit.
Penandatangan kerja sama itu dilakukan bersamaan dengan penandatangan 46 perjanjian kerja sama penelitian dengan 24 lembaga penelitian dan pengembangan serta lembaga pendidikan di Bogor pada 21 September 2022.
Dia menegaakan, upaya untuk penerapan teknologi yang dapat mengolah hasil kebun sawit rakyat menjadi bahan baku bensin biohidrokarbon itu sekaligus menjalankan amanat Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 .
Perpes Nomor 109 Tahun 2020 itu tentang pengembangan teknologi katalis dan bensin sawit yang terintegrasi dengan kebun sawit rakyat.
Nah, bensin sawit mulai diperkenalkan. Siapa tau bisa jadi pilihan di tengah semakin menipisnya kandungan minyak bumi dunia.***