ekbis

Adaro diprotes pemegang saham, PLTU baru tuai kecemasan, ancaman krisis iklim dan investasi berisiko tinggi

Jumat, 12 Mei 2023 | 20:54 WIB
Pemegang saham Adaro menuntut transisi yang lebih serius ke energi terbarukan. Mereka menentang rencana pembangunan PLTU batu bara (Greenpeace Indonesia)

Perubahan global dari batu bara menjadi energi terbarukan semakin kencang.

Baca Juga: Jika kerja di kantor ini, karyawan boleh nyicil dengan bunga 0% untuk nonton konser Coldplay dan Taylor Swift!

Pelaku protes langsung digeret oleh keamanan (Greenpeace Indonesia)

Supply batu bara diperkirakan akan turun hingga 48% pada periode 2021-2030 dan turun lagi hingga 91% pada periode 2021-2050 menurut skenario IEA NZE 2050.

Risiko transisi yang tinggi ini membuat investasi pada batu bara, termasuk bagi Adaro, menjadi sangat berisiko.

Lebih dari 200 lembaga keuangan telah memiliki kebijakan pembatasan investasi batu bara.

DBS, Standard Chartered, dan OCBC telah menyatakan tidak akan terlibat dalam pembiayaan ke Adaro.

Baca Juga: MrBeast beli rumah satu komplek untuk teman dan karyawan, malah dikritik netizen

Kenaikan suhu global bumi yang semakin panas setiap tahun (Twitter @MKaruniasa)

Bahkan HSBC memiliki kebijakan khusus untuk tidak membiayai pembangunan PLTU batu bara captive.

"Jika Adaro masih tidak menunjukkan upaya transisi keluar dari bisnis batu bara yang serius, institusi keuangan yang bertanggung jawab sebaiknya tidak mendukung bisnis Adaro," tegas Abdi, salah satu pemegang saham Adaro lainnya.

Sementara itu, Adaro telah menandatangani PPA dengan PLN untuk pembangkit listrik tenaga angin di Kalimantan sebesar 70MW.

Dengan kas yang dimiliki sebesar US$2.7 miliar menurut laporan keuangan Adaro tahun 2022, transisi Adaro seharusnya bisa dilakukan dengan menghentikan rencana pembangunan PLTU batu bara baru dan mengalokasikan belanja modal untuk berinvestasi pada energi terbarukan.

Baca Juga: Rahasia dibalik donat Indonesia vs donat Amerika, ternyata JCO merubah dunia donat Indonesia

Dengan potensi ancaman krisis iklim dan investasi berisiko tinggi, para pemegang saham dan lembaga keuangan berharap Adaro dapat melihat peluang yang ada dalam energi terbarukan dan melakukan transisi dari bisnis batu bara.

Halaman:

Tags

Terkini