JAKARTA INSIDER – Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menutup United States Agency for International Development (USAID) menimbulkan dampak signifikan bagi berbagai negara, termasuk Indonesia.
USAID selama ini telah memberikan bantuan di berbagai sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga riset. Dengan dihentikannya bantuan ini, Indonesia perlu mencari alternatif lain agar berbagai program yang selama ini berjalan tidak terhenti.
Pakar hukum dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Satria Unggul Wicaksana Prakasa, menilai bahwa keputusan ini akan memberikan efek negatif terhadap Indonesia.
Baca Juga: Razman Arif Nasution kecewa, siap jebloskan Lolly ke penjara karena pengakuan berubah
Selama bertahun-tahun, USAID telah berperan dalam mendukung berbagai inisiatif strategis di Indonesia. Penghentian bantuan ini dapat memperlambat perkembangan riset, kesehatan, dan penegakan hukum.
"Tanpa bantuan USAID, strategi dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial di Indonesia bisa terhambat," ungkap Satria. Menurutnya, pengurangan dana ini juga bisa berdampak pada efektivitas berbagai program yang selama ini didanai oleh USAID.
Salah satu program yang terdampak adalah USAID PEER (Partnerships for Enhanced Engagement in Research) yang mendukung riset akademik dan inovasi di Indonesia. Dengan dihentikannya dana dari USAID, banyak lembaga penelitian akan kesulitan mendapatkan sumber pendanaan.
Baca Juga: 11 ciri anda sudah terkena sihir penghalang jodoh, yuk disimak apa saja
Satria menyarankan pemerintah Indonesia segera mencari sumber pendanaan lain untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan USAID. Meskipun kebijakan Trump merupakan hak prerogatifnya, dampak dari kebijakan tersebut harus segera diantisipasi.
"Ketika bantuan ini dicabut, tentu strategi kita dalam mengatasi berbagai permasalahan akan berkurang," ujarnya. Satria juga menyoroti bahwa tidak semua bantuan luar negeri selalu menguntungkan, mengingat beberapa kasus menunjukkan dampak negatif dari kerja sama serupa.
Di tengah ketidakpastian ini, Kanada menyatakan kesiapannya untuk menjadi mitra pembangunan bagi Indonesia dan ASEAN. Menteri Pembangunan Internasional Kanada, Ahmed Hussen, menegaskan bahwa Kanada siap membantu menggantikan peran yang ditinggalkan USAID.
Baca Juga: Wakil Kepala Daerah hanya ikut retret sehari, Kemendagri ungkap alasan efisiensi dan kapasitas
"Kami memantau situasi ini dan siap menjalin kerja sama dengan negara-negara mitra," ujar Hussen. Ia juga menekankan bahwa Kanada selalu terbuka untuk berdiskusi dengan negara mitra mengenai pendanaan pembangunan internasional.
Hussen menambahkan bahwa USAID merupakan lembaga donor yang memiliki pengaruh besar, dan keputusan Trump untuk menutup badan ini akan memberikan dampak luas bagi banyak negara.
"Kami berharap penghentian ini hanya sementara dan tidak menjadi keputusan permanen," tambahnya.
Artikel Terkait
Menkeu Sri Mulyani dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara ungkap harga asli Gas Elpiji 3 Kg yang disubsidi
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebut Program Makan Bergizi Gratis seperti catering hajatan mantu yang digelar setiap hari
Menteri Keuangan Sri Mulyani pastikan kebijakan efisiensi terkait anggaran tak akan berimbas ke Honorer, UKT dan Beasiswa KIP
Presiden RI Prabowo Subianto menyuarakan imbauan untuk para pengusaha: Jangan mencekik para Petani!
Kemendiktisaintek berencana untuk menaikkan UKT Perguruan Tinggi, Menteri Keuangan Sri Mulyani: Tidak boleh!