E commerce dianggap para pedagang meenjatuhkan harga pasaran karena harganya gila-gilaan.
“Dulu saya punya kios di CTA ada 3 tuh,” kata Helvita, pedagang Pasar Tasik Jakarta.
“Terus (kios) di Jati Baru tutup semuanya,” lanjut Helvita, pedagang Pasar Tasik Jakarta.
“Karena penjualannya enggak mencukupi,” ujar Helvita, pedagang Pasar Tasik Jakarta.
“Enggak cukup, rugi terus,” tutur Helvita, pedagang Pasar Tasik Jakarta.
Pedagang toko offline di Pasar Tasik Jakarta berharap pemerintah memperhatikan nasib mereka.
Pemerintah pun diharapkan untuk menertibkan e commerce yang kian merusak harga pasaran tersebut.
E commerce memang kerap disebut-sebut sebagai penyebab sepinya toko offline.
Hingga berita ini dimuat belum ada langkah cepat dan pasti dari pemerintah terkait carut marut sepinya toko offline ini.***
Artikel Terkait
Kisah miris pedagang Pasar Tanah Abang Jakarta omzet Rp0 sepi pembeli: Jual online dan live tidak ada penonton
Irwan Mussry, suami Maia Estianty diperiksa KPK atas kasus korupsi eks Bea Cukai Yogya, Eko Darmanto
Pasca kunjungan Menteri Perdagangan ke Pasar Tanah Abang Jakarta, Pedagang: Online shop harus dihapus
Curahan hati pedagang Pasar Tanah Abang Jakarta: Semenjak ada Tiktok,penjualan kita terus anjlok alias menurun
Pedagang Pasar Tanah Abang Jakarta: Dulu bisa dapat Rp60 juta sehari, sekarang Rp1 juta kebawah bahkan Rp0
Pedagang Pasar Tanah Abang Jakarta sebut kian terpuruk, berharap ada perbaikan nasib kedepan kepada pemerintah
Pasar Tanah Abang Jakarta menurut pedagang: Turun drastis, pengunjung banyak yang jalan-jalan tidak beli