JAKARTA INSIDER - Birmingham, kota terbesar kedua di Inggris, telah secara resmi mengumumkan dirinya bangkrut pada Selasa (5/9/2023).
Kota yang berpenduduk lebih dari satu juta orang ini terjerembab dalam krisis keuangan yang mendalam, yang memiliki akar penyebab yang kompleks.
Penyebab Kebangkrutan Birmingham
Salah satu penyebab utama kebangkrutan Birmingham adalah klaim upah setara (equal pay) senilai £760 juta atau sekitar Rp14,6 triliun yang harus mereka bayarkan.
Ini merupakan beban finansial yang sangat berat bagi kota ini, dan menjadi salah satu pemicu krisis keuangannya.
Selain itu, upaya Birmingham menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Persemakmuran 2022 juga menelan biaya besar, mencapai £184 juta.
Biaya ini menjadi beban tambahan yang tidak terduga dalam anggaran kota.
Sistem TI baru yang diperkenalkan pada tahun 2022 dengan biaya mencapai £100 juta juga menjadi salah satu faktor yang memperparah situasi finansial Birmingham.
Selain itu, Birmingham juga memiliki utang sebesar £760 juta yang harus ditanggung oleh dewan kota per Juli 2023. Ini semakin memperburuk keadaan keuangan kota.
Baca Juga: Mohammad bin Salman ingin buat Arab Saudi dan wilayah Timur Tengah jadi pusat ekonomi seperti Eropa
Dampak Inflasi dan Masalah Ekonomi
Tidak hanya Birmingham, Inggris secara keseluruhan juga tengah menghadapi masalah ekonomi yang serius.
Inflasi harga konsumen di Inggris, meskipun turun sedikit menjadi 6,8 persen pada Juli 2023, masih tinggi.
Inflasi inti yang tidak termasuk energi dan makanan juga tetap tinggi, yaitu 6,9 persen. Ini berdampak pada kebijakan suku bunga yang diperketat oleh Bank of England.
Artikel Terkait
Anak SMA berhasil minta magang ke CEO Snapchat, pelajaran singkat tentang email efektif
Artha Graha Network, jaringan bisnis di balik kejayaan Sudirman Central Business District (SCBD)
Tingkat pengangguran pemuda China mencapai angka tertinggi, kenyataan kelam krisis kerja
Mohammad bin Salman ingin buat Arab Saudi dan wilayah Timur Tengah jadi pusat ekonomi seperti Eropa