wisata-budaya

Tradisi Lebaran: Gerebeg Syawal di Kraton Yogyakarta, perpaduan budaya dan sejarah

Selasa, 1 April 2025 | 13:33 WIB
Merayakan Lebaran dengan tradisi Gerebeg Syawal di Keraton Yogyakarta, sebuah perpaduan indah antara budaya dan sejarah. (www.travellingindonesia.com)

JAKARTA INSIDER - Setiap tahunnya, setelah merayakan Idulfitri, Keraton Yogyakarta menggelar tradisi yang menjadi salah satu ikon budaya Jawa, yakni Gerebeg Syawal.

Tradisi ini tidak hanya menyimpan makna religius, tetapi juga mencerminkan perpaduan budaya yang kental dengan sejarah kerajaan.

Gerebeg Syawal telah berlangsung turun-temurun sejak zaman Sultan Hamengkubuwono I dan tetap menjadi bagian penting dari perayaan Lebaran di Yogyakarta.

Baca Juga: Bantuan seberat 12 ton dikirim ke Myanmar pasca gempa menggunakan pesawat Hercules

Dikutip dari kanal YouTube official iNews Pada acara Gerebeg Syawal, ribuan warga dan wisatawan akan menyaksikan prosesi arak-arakan gunungan.

Yang berisi hasil bumi dan berbagai makanan khas, seperti sayur-mayur, buah-buahan, serta makanan tradisional lainnya.

Gunungan-gunungan ini melambangkan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah selama setahun, serta sebagai simbol berkah bagi masyarakat.

Baca Juga: Libur Lebaran, Pantai Kukup ramai pengunjung

Setelah prosesi arak-arakan, gunungan tersebut akan dibagikan kepada masyarakat yang datang untuk merayakan.

Tradisi ini dimulai dengan upacara di dalam Keraton, diikuti oleh prosesi kirab gunungan dari halaman Keraton Yogyakarta menuju alun-alun.

Prosesi ini diiringi dengan lantunan doa dan musik tradisional gamelan, yang menambah khidmat suasana.

Baca Juga: Jakarta lengang, warga mudik tinggalkan Ibu Kota

Pada intinya, Gerebeg Syawal merupakan simbol kebersamaan, kedamaian, dan rasa syukur atas berkah yang diterima oleh warga Yogyakarta.

Meskipun memiliki akar yang kuat dalam tradisi Islam, Gerebeg Syawal juga menggambarkan kearifan lokal Jawa yang mengutamakan rasa gotong royong dan kebersamaan.

Halaman:

Tags

Terkini