JAKARTA INSIDER - Pembalut menjadi kebutuhan wajib kaum wanita. Namun, di India, negara dengan jumlah terpadat di dunia, tidak semua wanita bisa dengan mudah mendapatkan akses pembalut wanita.
Hanya 3 dari 5 penduduk wanita di India yang berkesempatan menggunakan pembalut, sisanya hanya menggunakan kain sebagai pengganti.
Menggunakan kain sebagai pengganti pembalut tentu saja tidak higienis dan membahayakan kesehatan wanita.
Namun di sisi lain, penggunaan pembalut sekali pakai pasti menimbulkan limbah sampah, terlebih jumlah penduduk India yang tidak tanggung-tanggung.
Baca Juga: Praktik sewa rahim dalam program surrogate mother, begini hukumnya di Indonesia
Di sisi lain, tanaman pisang di India merupakan salah satu tanaman yang paling banyak dibudidayakan. Dengan luas beribu-ribu hektar, tanaman pisang juga menghasilkan limbah yang tidak tanggung banyaknya.
Tiga permasaahan ini, ternyata bisa diatasi dengan membuat pembalut dari bahan pelepah pisang. Di mana para wanita mendapatkan akses pembalut higienis dan masalah sampah bisa teratasi.
Diketahui, pisang merupakan tanaman semusim, setelah menghasilkan buah pada tahun pertama, tanaman pisang tidak dapat berbuah lagi.
Oleh karena itu, para petani menebang pohon pisang untuk meremajakannya dengan tanaman pisang yang baru.
Inilah yang mengakibatkan terjadinya penumpukan limbah batang pisang yang belum bisa diolah dengan maksimal.
Selidik punya selidik, ternyata tanaman pisang memiliki banyak manfaat tersembunyi yang dapat dikelola.
Seperti kandungan nutrisi batang pisang yang dapat dikelola menjadi pupuk kompos dan pupuk cair yang memiliki nutrisi tinggi. Serat pisang yang diubah menjadi hiasan atau kerajinan tangan, dan banyak lainnya.
Chirag Desai merupakan peneliti yang meneliti limbah pisang dan berhasil menghasilkan beberapa produk dari limbah pisang seperti pupuk cair, kain, dan bahkan permen.