JAKARTA INSIDER - Di masa lalu, budaya patriarki Korea Selatan sangat mengutamakan kelahiran anak laki-laki sebagai penerus garis keluarga.
Namun, dalam satu dekade terakhir, terjadi perubahan mengejutkan: semakin banyak pasangan Korea yang justru lebih menginginkan anak perempuan.
Fenomena ini bukan sekadar tren, tetapi cerminan masalah sosial, ekonomi, dan budaya yang kompleks. Berikut 10 alasan miris mengapa hal ini terjadi:
Baca Juga: 10 Negara Tanpa Tentara yang Pilih Utamakan Pendidikan, Hidup Damai Tanpa Perang
1. Biaya Pernikahan Anak Laki-Laki yang Mahal
Dalam tradisi Korea, keluarga anak laki-laki biasanya menanggung biaya pernikahan lebih besar, termasuk rumah atau apartemen untuk pasangan baru.
Tekanan finansial ini membuat banyak orang tua berpikir dua kali.
2. Beban Menjadi Pencari Nafkah Utama
Anak laki-laki di Korea sering dipandang sebagai pencari nafkah utama.
Baca Juga: 7 Langkah Ampuh Mencegah Diabetes di Usia Muda, Mulai dari Sekarang!
Dengan ekonomi yang tidak stabil, peran ini menjadi beban besar dan membuat orang tua merasa kasihan jika punya anak laki-laki.
3. Budaya Kerja yang Kejam untuk Pria
Tekanan di dunia kerja Korea, terutama untuk pria, sangat tinggi.
Jam kerja panjang dan tuntutan karier yang berat membuat orang tua takut anak laki-laki mereka akan hidup penuh stres.