Baca Juga: PSI janjikan BPJS Kesehatan gratis jika menang: Keadilan kesehatan untuk semua warga!
Ini adalah langkah pertama menuju gaya berbusana yang lebih nyaman dan praktis.
Namun, perubahan lebih besar dalam gaya berbusana Siti Nurbaya terjadi ketika dia melanjutkan studi di Belanda.
Di sana, dia melihat bagaimana para wanita pekerja kantoran tampil modis dan praktis dengan mengenakan blazer dan celana panjang.
Setelah kembali ke Indonesia, dia mulai berani mengenakan celana panjang saat bekerja.
Baca Juga: Megawati merasa bingung pasca disebut sombong karena sebut Jokowi petugas partai
Namun, perubahan gaya berbusana ini tidak datang tanpa tantangan.
Dia mengungkapkan bahwa atasan di berbagai tempat kerjanya, termasuk Gubernur Lampung dan Sekjen Kemendagri, sempat mempertanyakan pilihan busananya yang dianggap "tidak biasa."
Namun, bagi Siti Nurbaya, yang terpenting adalah hasil kerja yang ia capai, bukan penampilannya.
Alasan di balik pilihan busana nyentrik ini bukan hanya soal gaya, tetapi juga kenyamanan dan kepraktisan.
Celana panjang dan sepatu pria memungkinkannya untuk bergerak dengan lebih leluasa, terutama dalam pekerjaan yang mengharuskannya beraktivitas di lapangan.
Kesederhanaan busananya menjadi pesan kuat bahwa yang terpenting dalam pekerjaan adalah kualitas kerja, bukan penampilan.
Rahasia di balik busana nyentrik Menteri Siti Nurbaya kini terungkap, dan ia tetap menjadi inspirasi bagi banyak wanita yang ingin tampil sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan mereka, tanpa terpengaruh oleh ekspektasi sosial.
Gaya berbusananya mencerminkan semangat untuk menjadi pionir perubahan, bahkan dalam hal yang mungkin dianggap sepele.***