Dari jam kerja yang tinggi tersebut yang menyebabkan negeri Sakura ini disebut memiliki jam kerja tertinggi di dunia.
Saking tingginya jam kerja di negara ini, mereka lebih sibuk karena itu mereka enggan untuk menikah dan tidak memiliki waktu untuk berkumpul dengan keluarganya. Dengan disiplin kerja tersebut, warga Jepang lebih sering stres akibat tuntutan kerja.
Baca Juga: Bocoran harga All New Honda CR V Hybrid, di GIIAS 2023 masih rahasia
Sejak tahun 1990 an, pemerintah Jepang telah melakukan sejumlah langkah untuk mengurangi jumlah penduduk dan situasi buruk ini, layanan pengasuhan anak, layanan cuti orang tua dan bantuan dalam bentuk tunjangan untuk anak.
Begitu juga tahun 1992 pemerintah ini, telah melakukan berbagai langkah dan upaya kebijakan untuk memperluas berbagai bidang seperti, cuti orang tua selama 12 bulan untuk orang tua yang memiliki persyaratan kerja minimun.
Sejak tahun 1994 pemerintah Jepang telah menerapkan beberapa program yang telah dirancang, untuk menyediakan lebih banyak layanan pengasuhan anak dan mendorong tempat kerja untuk menjadi rumah keluarga.
Kemudian pada 1995, kompensasi pendapatan juga ditambah 50 persen dari gaji bulanan sebelum awal cuti.
Hanya saja setelah beragam upaya dilakukan, belum juga efektif membuat kondisi negara ini terancam dengan krisis penurunan penduduknya.
Dari catatan disebutkan, menurut World Population Review tahun 2023 disebutkan, Jepang adalah negara dengan populasi terbanyak ke 12 di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 123 juta orang.
Baca Juga: Menimbang peluang Anies, Ganjar, dan Prabowo memenangi Pipres 2024
Jumlah warga negara Jepang turun untuk tahun ke-14, sekitar 800.000 orang, menjadi 122,42 juta, menurut data registrasi penduduk per 1 Januari 2023, yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang.
Untuk pertama kalinya, jumlah penduduk Jepang turun di semua 47 prefektur pada 26 Juli 2023.***