JAKARTA INSIDER - Sebuah ancaman digital menggegerkan ketenangan, ketika seorang 'threat actor' bernama Jimbo muncul dengan penawaran yang mengguncang dunia maya.
Data sebesar 2 BTC, atau setara dengan 252 juta baris informasi dari KPU, menjadi jajanan di pasar gelap digital.
Data yang ditawarkan tidak hanya meliputi informasi dasar seperti NIK, NKK, no_ktp, nama, tetapi juga rincian seperti tps_id, difabel, ektp, jenis kelamin, tanggal lahir, dan lebih jauh lagi.
Baca Juga: Semakin nyaman! BRI berinovasi untuk pengelolaan aset keuangan digital berbasis web dengan BRIFrens
Namun, yang lebih mengejutkan lagi adalah inklusinya data dari KJRI, KBRI, dan KRI.
Kejadian ini memunculkan pertanyaan besar terkait keamanan data publik yang seharusnya dijaga ketat oleh instansi terkait.
Menurut sang hacker, data ini disebut berasal dari sumber kpu.go.id.
Baca Juga: BRImo super app BRI: Dari 2,9 juta pengguna hingga 30,4 juta dalam waktu kurang dari 4 tahun
Meskipun demikian, kepastian asal-usul dan cara perolehan data ini menjadi misteri tersendiri.
Sebagai bukti keaslian, Jimbo menyediakan sampel gratis sebanyak 500 ribu baris data, memberikan gambaran terinci kepada pembeli potensial.
Harga yang ditetapkan untuk seluruh data mencapai 2 BTC, setara dengan US$ 74000 atau € 68000, menjadikan informasi ini sebagai komoditas mahal di pasar digital gelap.
Baca Juga: Kartu kredit Nex Card BRI: Inovasi transaksi finansial untuk generasi muda
Ketika ditanya tentang legalitasnya, Jimbo memperbolehkan penggunaan ulang data ini, tapi dengan syarat hanya dilakukan di luar platform asalnya.
Penawaran ini secara mencolok menggugah kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan data yang dapat merugikan pemilik aslinya.