Ia menambahkan, tidak lama berselang, para pendukung tim tuan rumah yang tidak puas tersebut masuk ke dalam area lapangan dan terjadi kericuhan.
Kisruh tersebut berusaha dikendalikan oleh petugas hingga akhirnya ada tembakan gas air mata.
"Tembakan pertama saya merasa panik, saya berdiri. Kedua, panik semua penonton," ucap Doni
"Yang tadi masih belum sepi di pintu keluar, terus dengan adanya tembakan, panik dan berhamburan," lanjutnya.
Akibat adanya tembakan gas air mata yang mengarah ke Tribun 14 tersebut.
Baca Juga: Buntut tragedi Kanjuruhan skuad Singo Edan vs Persebaya, Sudarmaji tegaskan Arema Malang tidak...
Berdasarkan penuturan Doni para pendukung berusaha untuk segera meninggalkan Stadion Kanjuruhan.
Ia bergegas keluar dengan memegangi anaknya yang berusia sepuluh tahun.
"Anak saya di depan saya, saya tidak melihat pintu itu buka atau tutup. Tapi kalau secara logika, jika pintu itu terbuka, berdesakan itu akan cepat keluar," beber Doni.
Baca Juga: Dampak tragedi Kanjuruhan pasca Arema FC vs Persebaya, Listyo Sigit beri komentar ini
Setelahnya ia tertahan karena tidak bisa keluar dari area stadion, ia terdesak para pendukung lain yang berada di belakang.
Pada akhirnya, ia mampu keluar dari Stadion Kanjuruhan dengan selamat bersama anaknya.
"Tidak lama berselang, anak saudara saya yang meninggal dunia itu keluar. Saya menanyakan di mana ayah dan mamanya," ucap Doni.
Baca Juga: Buntut tragedi Kanjuruhan skuad Singo Edan vs Persebaya, Sudarmaji tegaskan Arema Malang tidak...