JAKARTA INSIDER - Indonesia dan Yordania resmi memperkuat kerja sama strategis di sektor pertanian, menandai babak baru dalam hubungan bilateral kedua negara.
Kerja sama ini tertuang dalam penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) yang dilaksanakan saat kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Amman, Yordania, dan disambut langsung oleh Raja Abdullah II.
Penandatanganan MoU tersebut menjadi tonggak penting dalam upaya memperluas kerja sama di sektor pangan, teknologi pertanian, hingga ketahanan pangan regional.
Baca Juga: Kementerian PPPA desak hukuman maksimal untuk Dokter PPDS pelaku pelecehan seksual
Dikutip dari kanal YouTube Metro TV Dalam kesepakatan ini, Indonesia dan Yordania sepakat untuk saling mendukung dalam pengembangan teknologi pertanian, pertukaran pengetahuan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Fokus kerja sama juga mencakup penguatan rantai pasok pangan dan kemungkinan ekspor-impor komoditas strategis, termasuk gandum dan minyak sawit mentah (CPO).
Langkah ini dinilai sangat penting, mengingat tantangan global dalam ketahanan pangan yang semakin kompleks akibat perubahan iklim dan krisis geopolitik.
Baca Juga: Dokter Residen RSHS rudapaksa 3 wanita, terancam hukuman 17 tahun penjara
Presiden Prabowo menyampaikan bahwa sektor pertanian adalah pilar penting bagi stabilitas nasional, dan kolaborasi ini merupakan wujud komitmen Indonesia dalam membangun ketahanan pangan yang tangguh dan berkelanjutan.
Sementara itu, Raja Abdullah II menyambut baik inisiatif tersebut dan menyatakan bahwa Yordania siap menjadi mitra strategis Indonesia dalam bidang pertanian dan ketahanan pangan.
Kerja sama ini juga membuka peluang besar bagi pelaku usaha dan petani dari kedua negara untuk berkolaborasi dalam proyek agribisnis, riset tanaman tahan iklim, hingga pengembangan pupuk ramah lingkungan.
Baca Juga: Tersangka baru kasus suap Hakim dibawa ke Rutan Salemba
Tak hanya itu, pembentukan forum pertanian bilateral juga direncanakan sebagai wadah untuk memantau implementasi kerja sama dan mengeksplorasi peluang-peluang baru.
Langkah ini dinilai sebagai diplomasi ekonomi yang cerdas, di mana Indonesia tidak hanya menjalin hubungan politik, tetapi juga menciptakan fondasi kuat untuk ketahanan pangan jangka panjang.
