JAKARTA INSIDER - Presiden Senegal, Bassirou Faye, mengambil langkah berani dengan menghapus tradisi lama yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Dalam kebijakan barunya, Faye menetapkan bahwa potret resmi presiden tidak lagi wajib dipajang di kantor-kantor pemerintahan dan instansi publik.
Keputusan ini menandai perubahan signifikan dalam cara pemerintah Senegal memandang kepemimpinan dan simbolisme kekuasaan.
Baca Juga: Era baru dimulai! Inilah provisional skuad Timnas Indonesia pilihan Patrick Kluivert
Dikutip dari laman www.tiktok.com/ZSMV4MAtW Menurut Faye, langkah ini diambil untuk menegaskan bahwa pemerintahan harus berfokus pada pelayanan kepada rakyat, bukan pada kultus individu.
Ia ingin menghapus citra kepemimpinan yang terlalu berpusat pada sosok presiden dan menggantinya dengan pendekatan yang lebih inklusif dan demokratis.
Sebagai gantinya, Faye menyarankan agar kantor-kantor pemerintah memasang simbol-simbol yang mencerminkan nilai-nilai kebangsaan dan persatuan rakyat Senegal.
Baca Juga: Wae Rebo: Pesona desa Adat di atas awan yang mendunia
Kebijakan ini mendapat beragam respons dari masyarakat. Banyak yang mengapresiasi langkah Faye sebagai simbol perubahan dan modernisasi dalam politik Senegal.
Mereka melihat keputusan ini sebagai wujud nyata dari kepemimpinan yang lebih merakyat dan tidak terjebak dalam simbolisme yang berlebihan.
Namun, ada pula yang menganggap kebijakan ini sebagai pemutusan dari tradisi yang telah mengakar kuat dalam sejarah negara tersebut.
Baca Juga: Mengenal Wae Rebo, Desa adat tertinggi dengan Rumah Mbaru Niang yang Ikonik
Sebagai presiden yang baru terpilih, Bassirou Faye tampaknya ingin memberikan identitas baru bagi kepemimpinannya.
Ia ingin menampilkan pemerintahan yang lebih terbuka dan transparan, dengan menekankan pentingnya pelayanan publik yang efektif dan profesional.