JAKARTA INSIDER – Kematian tragis Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu masih mengejutkan banyak pihak.
Bagaimana tidak, sosok AKBP Buddy yang memiliki karir moncer di korps Bhayangkara ini baru sebulan mengemban jabatan barunya sebagai kasat Narkoba Polres Jakarta Timur. Dia tertabrak kereta yang sedang melaju di perlintasan kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (29/4) siang.
Sebelumnya polisi menduga kematian AKBP Buddy karena bunuh diri lantaran penyakit kandung empedu yang telah lama menyiksanya. Namun hal ini dibantah keluarga korban.
Cyprus A Tatali, paman AKBP Buddy Alfrits Towoliu, menolak dugaan tewasnya korban akibat bunuh diri karena adanya penyakit empedu yang dideritanya.
Cyprus menduga kematian AKBP Buddy karena disengaja. Dugaan ini dikaitkan dengan penelepon misterius yang menghubungi AKBP Buddy sesaat sebelum peristiwa naas itu terjadi.
Melihat statusnya (Buddy) sebagai polisi yang bertugas dalam pemberantasan narkoba, maka menurut Pakar hukum pidana dari Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar ada tiga kemungkinan yang terjadi.
Baca Juga: Siap-siap Elon Musk ungkap, Twitter bakalan kenakan tarif konten secara individual per klik
Pertama, secara tidak sengaja tertabrak KA.
“Ini kejadian yang nature alamiah saja, karena ketidak hati-hatiannya,” ungkap Abdul Fickar Hadjar melansir Monitor Indonesia, Minggu (30/4).
Kemudian, lanjut dia, diduga dikondisikan agar tertabrak, artinya kematiannya memang dikehendaki.
“Sebabnya bisa macam-macam yang intinya merugikan kelompok tertentu,” lanjutnya.
Baca Juga: Pantai Ancol Jakarta masih dipenuhi oleh pengunjung, Netizen: Warna air laut kayak air comberan
Kemudian, kata dia, kesengajaan yang merupakan keputusan dari korban (Buddy) sendiri.