JAKARTA INSIDER - Skandal korupsi yang melibatkan proyek Tol MBZ telah menimbulkan kehebohan di tengah masyarakat.
Proyek yang seharusnya menjadi sarana transportasi yang memudahkan masyarakat, kini justru menjadi pemandangan memilukan yang melibatkan sejumlah petinggi perusahaan terkemuka.
Menurut laporan dari akun Twitter @bung_madin yang diunggah pada pukul 8:05 malam tanggal 12 Oktober 2023, skandal ini telah menyebabkan kerugian negara sekitar Rp 1,5 triliun.
Baca Juga: Tim penyidik JAMPIDSUS melakukan penggeledahan dan penyitaan terkait kasus korupsi Tol Japek
"SKEMA KORUPSI PROYEK TOL MBZ. Skandal kasus korupsi di Tol MBZ membuat negara mengalami kerugian Rp 1,5 Triliun. Hal itu membuat para petinggi ikut terlibat. Siapakah orangnya?," tulis Bung Madin dalam cuitannya.
Lebih lanjut, Bung Madin juga menyinggung peran beberapa individu dalam skandal ini.
"Permainan itu melibatkan para petinggi seperti Djoko Dwiyono sebagai Dirut PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek. Kelicikan ia ternyata, terbukti saat ia melakukan persengkongkolan jahat untuk mengatur spesifikasi barang yang dimasukkan dalam menguntungkan pihak lain," cuitnya.
Baca Juga: Tragedi kecelakaan maut Exit Tol Bawen: Polisi gunakan teknologi canggih untuk ungkap kebenaran
Tak hanya itu, @bung_madin juga membeberkan keterlibatan Direktur Operasional Sofiah Balfas dan PT Waskita Karya serta tenaga ahli Jembatan dalam tol MBZ yang bernama Ibnu Noval sebagai tersangka kasus korupsi.
"Tak berhenti disitu, Pihak @KejaksaanRI pun telah menetapkan Direktur Operasional Sofiah Balfas dan PT Waskita Karya selaku tenaga ahli Jembatan dalam tol MBZ yang bernama Ibnu Noval sebagai tersangka kasus korupsi. Sungguh bajingan," cuitnya.
Terkait keterlibatan PT Bukaka Teknik Utama dalam skandal ini, Bung Madin menyoroti peran Direktur PT Bukaka, Sofiah Balfas, yang ternyata terkait dengan keluarga Jusuf Kalla.
Baca Juga: Kejaksaan Agung tetapkan tiga tersangka korupsi Tol Japek II atau Tol MBZ
"Skandal kasus korupsi Tol MBZ melibatkan PT Bukaka Teknik Utama yang saat itu Direkturnya Sofiah Balfas. Ternyata oh ternyata, masih milik dari keluarga Jusuf Kalla. Hal ini membuat kecurigaan besar kepada keluarga JK," cuitnya.
Skandal korupsi ini menjadi bukti nyata betapa rapuhnya tatanan birokrasi di Indonesia.