Sri Asih, film superhero perempuan pertama Indonesia. Tayang serentak di bioskop 17 November

Baca Juga: 10 Rekomendasi Set Top Box TV Digital bersertifikat Kominfo

Karakter Jatmiko yang  kompleks di skenario film itu, bagi Reza sangat menantang.

Bagaimana perspektif film action super hero perempuan pertama yang difilmkan di Indonesia dan bahkan dunia, kemudian dihadirkan oleh sutradara perempuan dalam perspektifnya, layak ditonton.

Film itu, menjadi film kedua dari Jagar Sinema  Bumilangit setelah Gundala yang dirilis tahun 2019.

Film Sri Asih, tegasnya, adalah cara Indonesia untuk menunjukkan identitas yang layak diapresiasi.

Baca Juga: Ada apakah pada tanggal 8 November 2022? Akan terjadi gerhana bulan total

"Malah jika kita tidak membuat film bergenre ini berarti kita menutup diri dari perkembangan zaman, dan kalau kita tidak membuat film begini, berarti kita membiarkan diri kita untuk memanfaatkan teknologi yang ada,"ujar Reza.

Sinopsis Sri Asih

Film Sri Asih adalah sebuah film yang diadaptasi dari seri buku komik klasik Indonesia,  Sri Asih, karya R A Kosasih. Sri Asih pertama kali dirilis pada tahun 1954 di Komik Sri Asih terbitan Penerbit Melodie, Bandung

Sri Asih adalah karakter adisatria (pahlawan super) "ciptaan" R A Kosasih. Selain Reza Rahadian, pemeran Film Sri Asih yang berdurasi 135 menit itu adalah, Pevita Pearce, Christine Hakim, Jefri Nichol, dan Dimas Anggara dan Surya Saputra.

Baca Juga: Harga Set Top Box TV Digital terbaik dan terjangkau, kualitas resolusi jernih mulai Rp100 ribuan

Film Sri Asih bercerita tentang Alana (diperankan Pevita Pearce) yang tidak mengerti mengapa dia selalu dikuasai oleh kemarahan. Tapi dia selalu berusaha untuk melawannya

Alana memang lahir saat letusan gunung berapi yang memisahkan dia dan orang tuanya. Dia kemudian diadopsi oleh seorang wanita kaya yang berusaha membantunya menjalani kehidupan normal. Tapi saat dewasa, Alana menemukan kebenaran tentang asalnya.

Baca Juga: Promil gagal? tenang ada resep dari dr Zaidul Akbar

Dia bukan manusia biasa. Dia bisa menjadi kebaikan untuk kehidupan, atau menjadi kehancuran bila dia tidak dapat mengendalikan amarahnya.