JAKARTA INSIDER - Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia terus meningkat, salah satunya disebabkan oleh perilaku seksual yang berhubungan dengan LGBT atau kelompok yang sering disebut pelangi.
Kelompok LGBT, yang sering kali dianggap sebagai penyimpangan seksual, semakin bertambah dari waktu ke waktu. Kasus ini melibatkan orang dewasa dan anak muda.
Rikhie Devgan, mantan anggota LGBT, tidak ragu untuk berbagi kisahnya tentang masa lalunya sebagai anggota LGBT. Namun, dengan tekad yang kuat dan bimbingan dari Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya ia berhasil keluar dari situasi tersebut.
Dikutip dari Indonesia Lawyer Clubs (ILC) oleh Jakarta Insider pada Minggu, 27 Agustus 2023, Rikhie menceritakan perjalanan hidupnya ketika ia menjadi bagian dari LGBT selama enam tahun. Pada saat itu, ia merasa nyaman dengan kondisinya.
Namun demikian, Rikhie juga selalu merasa ingin berubah, ingin meninggalkan kehidupan tersebut, dan terus berdoa agar Allah memberinya petunjuk menuju kebenaran.
Tidak hanya karena dorongan dari orangtuanya, tetapi juga karena ia merasa diuji dalam perjalanan hidupnya.
Baca Juga: Indonesia Tanpa JIL tolak pertemuan komunitas LGBT se-ASEAN di Indonesia
Rikhie mengakui bahwa ia pernah terjerat dalam hutang besar dan pada satu titik, ia bahkan berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Namun, pada momen inilah ia merasakan pertolongan Allah yang membantunya menemukan jalan keluar.
Dari pengalaman tersebut, Rikhie menyadari bahwa Allah ingin membantunya berubah dari gaya hidup LGBT menjadi pria yang sejati. Ia terus berdoa kepada Allah, memohon petunjuk dan kesembuhan.
Dengan doa yang penuh kejujuran, Rikhie berharap agar Allah menunjukkan jalan yang tepat baginya. Ia merasa tertekan dan ingin berubah, seperti yang selalu diingatkan oleh ibunya sebelum wafat.
Baca Juga: Spider-Man: Across the Spider-Verse Dilarang di UEA dan Timur Tengah karena Bendera LGBT
Ibunya berpesan agar Rikhie kembali menjadi pria sejati dan menjauhi hubungan yang tidak sehat. Ibu Rikhie selalu mendoakan agar ia menjadi pribadi yang baik.
Rikhie mengakui bahwa pada awalnya ia hanya menganggap nasehat tersebut sebagai kata-kata biasa. Namun, seiring berjalannya waktu, ia semakin memahami makna mendalam di balik nasehat tersebut.