Salah satu aspek penting dalam usaha peternakan lele adalah pemilihan bibit yang berkualitas.
Lwastuargo menyarankan untuk mendapatkan bibit lele dari badan pemerintah setempat, yang dapat memberikan kepastian akan kualitasnya.
Memahami preferensi lingkungan hidup lele juga sangat penting.
Baca Juga: Ustadz Khalid Basamalah mengharamkan BPJS, tuai kontroversi dari masyarakat
Lele cenderung beraktivitas lebih baik di lingkungan yang hangat, sehingga memastikan suhu yang tepat di kolam pemeliharaan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan.
Dalam aspek pakan, Lwastuargo membagikan pengalamannya tentang biaya yang signifikan yang harus dikeluarkan untuk pelet pakan lele.
Dalam biaya operasional dan produksi, pelet makanan ternyata menjadi 70% dari biaya total.
Bagi peternak lele, mencari alternatif pakan yang murah namun tetap berkualitas adalah suatu tantangan.
Lwastuargo menunjukkan bahwa sementara makanan non-pelet mungkin lebih murah, tidak semua makanan tersebut cocok untuk peternakan lele dalam skala besar.
Selain itu, Lwastuargo juga berbagi pemahaman tentang pentingnya kandungan protein dalam pertumbuhan lele.
Baca Juga: Ganjar Pranowo dan Gibran Rakabuming makan malam bersama, sinyal kolaborasi antara dua kepala daerah
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, rasio makanan terhadap berat lele yang baik adalah sekitar 1:1, berbeda dengan rasio 10:1 yang umumnya berlaku untuk sapi.
Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah dengan menggunakan bioflok, namun ini juga memiliki risiko karena kolam pemeliharaan dapat menjadi "kotor".
Lwastuargo juga menyoroti pentingnya protein hewani dalam pakan lele, dengan pelet pakan menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan ampas tahu.
Selama perjalanan sebagai peternak lele, Lwastuargo mulai berpikir bahwa mungkin manusia juga seharusnya mengonsumsi lebih banyak serangga sebagai sumber protein yang murah, mudah dicerna, dan berlimpah.