hiburan

Kilas balik perjalanan aktor legendaris Ray Sahetapy, dari panggung seni hingga jejak spiritual di Masjid Istiqlal

Jumat, 4 April 2025 | 13:28 WIB
Ray Sahetapy (kanan) dan anaknya Surya Sahetapy (kiri).

JAKARTA INSIDER – Kepergian aktor kawakan Ray Sahetapy pada 1 April 2025 meninggalkan duka mendalam di dunia hiburan Tanah Air. Sebelum dikebumikan, jenazahnya disalatkan terlebih dahulu di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.

Pemilihan Istiqlal sebagai tempat salat jenazah bukanlah kebetulan, melainkan sebuah penghormatan terhadap sejarah hidup dan spiritualitas Ray yang bermula di tempat suci tersebut.

Langkah Awal dalam Islam

Ray Sahetapy pertama kali mengenal Islam lebih dalam pada tahun 1982, sebuah tahun penting dalam perjalanan hidupnya. Ia memutuskan untuk menjadi mualaf di Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara yang juga menjadi simbol toleransi dan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: 10 Manfaat Jeruk Nipis untuk kecantikan, salah satunya mencerahkan kulit dan mengontrol minyak berlebih

Keputusan besar itu ia ambil sebelum menikahi aktris Dewi Yull. Putranya, Surya Sahetapy, mengungkapkan bahwa proses mualaf sang ayah baru diketahuinya lewat cerita sang ibu.

“Baru tahu dari Ibu bahwa Ayah masuk Islam tahun 1982 dan itu terjadi di Istiqlal. Sekarang, alhamdulillah bisa disalatkan di tempat yang sama,” ujar Surya di rumah duka RSPAD Gatot Subroto pada 3 April 2025.

Salat jenazah yang dilakukan di tempat di mana ia memulai perjalanan spiritualnya menjadi simbol penutup yang bermakna dan menyentuh.

Baca Juga: Liburan Lebaran 2025, Pantai Carita dipadati ribuan wisatawan yang ingin nikmati keindahan alam dan suasana pantai

Karier Panjang Penuh Dedikasi

Lahir pada 1 Januari 1957, Ray Sahetapy dikenal sebagai salah satu aktor terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Kariernya dimulai sejak dekade 1970-an dan terus bersinar lewat berbagai peran yang menantang dalam film, sinetron, hingga teater.

Namanya melejit lewat film “Ponirah Terpidana” (1984) yang disutradarai oleh Slamet Rahardjo. Aktingnya yang mendalam dan penuh emosi membuat Ray dikenal sebagai aktor berkarakter kuat.

Ia juga membintangi film-film penting lainnya seperti “Tjoet Nja’ Dhien”, “Mereka Kembali”, dan “The Raid”, yang membuat namanya dikenal hingga ke kancah internasional.

Baca Juga: Selain Indonesia, Vietnam juga terkena dampak tarif pajak tertinggi sebanyak 46 Persen dari Donald Trump

Selain itu, Ray aktif di dunia akademik dan teater. Ia pernah menjadi pengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan dikenal sebagai pribadi yang mencintai ilmu dan seni peran dengan sepenuh hati.

Ia membentuk generasi-generasi aktor baru yang menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam berakting.

Meski kariernya sempat redup di awal 2000-an, ia kembali mencuri perhatian lewat peran-peran pendukung yang kuat dalam film-film seperti “The Raid” (2011) dan “The Golden Cane Warrior” (2014).

Halaman:

Tags

Terkini

Aura Kasih akui idap OCD akut: Pusing lihat berantakan

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:49 WIB