Para peneliti secara khusus memusatkan perhatian pada perubahan jaringan mode default otak (DMN). Ini merupakan satu set daerah di otak yang lebih aktif selama tugas pasif daripada tugas yang menuntut perhatian eksternal yang terfokus.
Kerusakan pada DMN memengaruhi beberapa area otak termasuk korteks prefrontal medial, korteks cingulate posterior, lobus parietal inferior, korteks temporal lateral, dan formasi hippocampal.
Aktivitas di DMN melonjak saat kita bangun dan tidak terlibat dalam kegiatan tertentu. Misalnya, ketika kita sedang melamun, mengingat kembali kenangan, membayangkan masa depan, memantau lingkungan kita, memikirkan niat orang lain, dan sebagainya.
"Kami tahu bahwa konektivitas fungsional yang berubah di DMN telah dikaitkan dengan penurunan kinerja kognitif dan gejala depresi, jadi mengkhawatirkan ketika melihat polusi lalu lintas mengganggu hal yang sama," Dr Jodie Gawryluk, seorang psikolog di University of Victoria dan penulis pertama studi.
"Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya dampak fungsional dari perubahan ini, ada kemungkinan hal itu dapat merusak pemikiran atau kemampuan orang untuk bekerja," sambungnya.
Sebenarnya, fakta bahwa paparan knalpot dapat merusak otak bukanlah temuan baru.
Pada tahun 2008, peneliti Belanda memantau 10 sukarelawan yang terhubung ke electroencephalograph (EEG) dan terpapar selama 30 menit ke udara di laboratorium yang tercemar asap diesel yang disesuaikan dengan tingkat khas jalan kota yang sibuk.
Pada saat itu, para peneliti melihat bahwa otak mereka menunjukkan respons stres, yang menunjukkan perubahan pemrosesan informasi di korteks otak, yang terus meningkat bahkan setelah subjek dijauhkan dari paparan asap.***