Seperti atonia, ini dapat terjadi saat tertidur (halusinasi hipnagogik) atau terjaga (halusinasi hipnopompik).
Ada pun halusinasi selama ketindihan saat tidur terbagi dalam 3 kategori.
Pertama, halusinasi penyusup yang melibatkan persepsi orang berbahaya atau kehadiran di dalam ruangan.
Baca Juga: Sambil menangis Dude Harlino tak kuasa ceritakan perubahan sikap Alyssa Soebandono, pantas saja...
Kedua, halusinasi tekanan dada, juga disebut halusinasi inkubus. Kondisi itu dapat memicu perasaan lemas.
Ini sering terjadi bersama dengan halusinasi penyusup.
Ketiga, halusinasi motorik vestibular yang dapat mencakup perasaan bergerak (seperti terbang) atau sensasi berada di luar tubuh.
Halusinasi yang cukup parah dapat membuat gejala ketindihan saat tidur menjadi lebih mengganggu.
Baca Juga: Erupsi Gunung Semeru, tim gabungan mendirikan dapur umum untuk pengungsi
Karena alasan itulah, maka sekitar 90 persen ketindihan dikaitkan dengan ketakutan yang parah.
"Hanya sebagian kecil yang mengalami halusinasi menyenangkan atau membahagiakan," katanya.
Episode sleep paralysis dapat berlangsung selama beberapa detik hingga sekitar 20 menit. Umumnya, durasi rata-ratanya adalah antara 6-7 menit.
Pada kebanyakan kasus, episode berakhir dengan sendirinya. Atau bisa jadi terbangun atau terganggu oleh sentuhan, suara orang lain, atau upaya diri sendiri yang intens untuk bergerak sebagai upaya mengatasi atonia.
Baca Juga: Mitra Jaya Group Salurkan Bantuan Sosial Rp250 Juta untuk Korban Gempa Garut
Faktor risiko ketindihan
Artikel Terkait
SEDANG BERLANSUNG! live streaming Persik vs Persib di BRI Liga 1, tinggal klik di sini
Indonesia harus tunjukkan ke utusan LGBTQ+, mayoritas masyarakat Indonesia beragama dan tolak misi Amerika!
Ridwal Kamil tiba-tiba sampaikan duka cita: semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan
Bamsoet : Perangi terorisme dan radikalisme tak sebatas penegakkan hukum, harus lawan dengan ideologi
Mitra Jaya Group Salurkan Bantuan Sosial Rp250 Juta untuk Korban Gempa Garut