JAKARTA INSIDER – Stroke menjadi momok menakutkan setiap orang.
Datang secara tiba-tiba, bila salah menangani, stroke bisa menyebabkan disfungsi organ tubuh seumur hidup, alih-alih meninggal dunia.
Melansir Medical News Today, setiap tahun 795 ribu orang di Amerika Serikat (AS) mengalami stroke. Dari jumlah tersebut, sebanyak 137 ribu orang meninggal dunia dan sebanyak hampir 610 ribu mengalami strok untuk pertama kalinya.
Baca Juga: Prakiraan cuaca Jakarta pada pagi hari ini Jumat 27 Januari 2023
Dilaporkan pula, sekitar 87 persen stroke di AS adalah stroke iskemik yang terjadi ketika aliran darah ke otak tersumbat.
Sedangkan transient ischemic attack (TIA) terjadi ketika gejala mirip stroke terjadi selama beberapa menit atau jam dan kemudian menghilang. Sama seperti stroke, gejala biasanya muncul secara tiba-tiba.
Jumlah pasti kasus TIA di AS sulit ditentukan karena sifatnya yang sementara dan kurangnya pengawasan standar. Namun, perkiraan menunjukkan bahwa setidaknya 240 ribu orang mengalami TIA setiap tahun di AS.
Hubungan TIA dan Strok
Penelitian juga menunjukkan, 10 sampai 18 persen dari TIA mengakibatkan strok dalam waktu 90 hari.
Sebuah penelitian menemukan 31 persen pasien yang mengalami stroke berulang dalam waktu 90 hari sejak TIA pertama tidak mencari pertolongan medis setelah TIA mereka.
Baca Juga: Tak hanya budaya, ternyata Malaysia sempat mengklaim salah satu makanan khas Indonesia
Untuk memantau risiko stroke dengan lebih baik, Asosiasi Jantung Amerika (AHA) baru-baru ini menerbitkan pernyataan, isinya mewajibkan mereka yang memiliki gejala TIA untuk mencari penilaian darurat.
Ahli jantung dan Chief Medical Officer, University of Michigan Health-West, dr Ronald Grifka, mengatakan, TIA adalah stroke yang sebenarnya, namun gejalanya hilang dalam waktu kurang dari satu jam, dan pasien kembali ke fungsi normal.