JAKARTA INSIDER - Berada di antara beton-beton tinggi di tengah kota besar, atau bersembunyi di balik keheningan pinggiran kota, hunian sewaan, termasuk kos-kosan, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Namun, pernahkah kita berpikir tentang standar dan perlindungan bagi para penyewa?
Menurut sebuah tweet dari @elisa_jkt, Indonesia tidak memiliki standar untuk hunian sewaan, dan perlindungan bagi penyewa.
Akibatnya, kualitas hunian sewaan di Indonesia dapat sangat bervariasi, dan kondisi ini membuat kita tertinggal dibandingkan dengan negara seperti India.
Baca Juga: Jangan sedih, meski tiket Coldplay ludes, konser Niki Zefanya siap menghibur Anda!
Pada titik ini, suara para penyewa sangat dibutuhkan.
Suara penyewa dapat membantu membentuk standar dan perlindungan yang lebih baik bagi penyewa, sebagaimana ditunjukkan oleh survei yang diselenggarakan oleh Rujak Center for Urban Studies, sebuah NGO think-act-tank berbasis di Jakarta.
Di Indonesia, jumlah Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di hunian sewaan cenderung meningkat di kota-kota besar.
Ini belum menghitung mahasiswa dan pekerja single yang masih tinggal di kos atau berbagi sewa.
Baca Juga: Dahulu mandi lumpur pakai gayung, kini panti asuhan eksploitasi anak dengan ngemis di TikTok
Hampir 20% warga Bali adalah penyewa. Jakarta? Angkanya naik menjadi 35%.
Sementara itu, nasib penyewa seringkali diserahkan pada belas kasihan "ibu kost".