JAKARTA INSIDER - Rokok elektrik atau vape sering dipandang sebagai alternatif lebih aman dari rokok konvensional.
Namun, seiring bertambahnya penelitian dan data medis, semakin jelas bahwa penggunaan rokok elektrik juga membawa risiko kesehatan yang serius.
Meski tidak menghasilkan tar seperti rokok biasa, vape tetap mengandung nikotin—zat adiktif yang dapat menimbulkan kecanduan dan berdampak buruk bagi kesehatan, terutama pada otak remaja yang masih berkembang.
Baca Juga: Geger! 9 produk olahan bersertifikat halal ternyata mengandung babi
Dikutip dari laman resmi www.biofarma.co.id Kandungan cairan vape tidak sesederhana yang dikira.
Selain nikotin, cairan ini biasanya mengandung bahan kimia lain seperti propilen glikol, gliserin, dan zat perasa buatan yang dapat berubah menjadi senyawa berbahaya saat dipanaskan.
Studi menunjukkan bahwa menghirup uap dari rokok elektrik dapat memicu peradangan paru-paru, gangguan pernapasan, serta meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah.
Baca Juga: Langgar aturan, gudang UD Sentosa Sela disegel petugas
Kemasan menarik dan rasa beragam membuat vape semakin digemari, terutama oleh generasi muda yang mungkin belum memahami dampak jangka panjangnya.
Padahal, kecanduan nikotin bisa menurunkan fungsi kognitif, mengganggu suasana hati, dan mempersulit penghentian kebiasaan merokok di kemudian hari.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengingatkan bahwa penggunaan rokok elektrik bukanlah solusi aman untuk berhenti merokok.
Baca Juga: Presiden Prabowo terima kunjungan wakil PM Malaysia
Justru, pengguna vape berpotensi menjadi perokok ganda—menggunakan vape dan rokok biasa secara bersamaan yang memperbesar risiko kesehatan.
Maka dari itu, edukasi tentang bahaya rokok elektrik harus terus digalakkan, terutama di kalangan remaja dan orang tua.