JAKARTAINSIDER – Drone tempur Bayraktar Turki kini mencuri perhatian Indonesia, kabarnya Indonesia sudah deal untuk segera mendapatkan drone itu.
Drone tempur Bayraktar buatan Turki ini harusnya akan di kirimkan ke Ukraina untuk menjadi senjata perang melawan Rusia, tapi Indonesia malah kepincut dan ternyata sudah deal untuk memiliki.
Negara yang tergabung di dalam Negara NATO telah menyetujui dan mengumpulkan sekitar 5,9 juta Euro untuk membeli drone ini untuk Ukraina.
Dalam hal ini, Turki mengatakan Indonesia telah melirik dan telah menyatakan minatnya untuk membeli drone bersenjata dari Baykar, perusahaan pertahanan Turki yang telah memasok senjata ke beberapa negara setelah keberhasilannya di medan perang.
Ternyata tak hanya Indonesia, banyak negara di Asia tenggara yang ingin dan melirik drone buatan Turki ini, termasuk Malaysia.
Hal ini di ungkapkan oleh Mentri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu.
“Tak hanya Indonesia, banyak dari negara Asia, seperrti Malaysia dan juga Singapura, menunjukkan minat besar pada produk industri pertahanan kami. Kesepakatan sedang ditandatangani, untuk negara merah putih Indonesia mereka sudah deal dan akan di luncurkan “ ucap Mevlut di kutip dari laman Cnn international.com pada Kamis 29 September 2022.
“Kami dengan senang hati akan memenuhi kebutuhan Jepang akan drone,” tambah Mevlut.
Permintaan internasional untuk drone Turki telah melonjak setelah dampak atas konflik di Suriah, Ukraina, dan Libya.
Pada 21 September, Reuters melaporkan bahwa Baykar mengirimkan 20 drone bersenjata ke Uni Emirat Arab bulan ini.
Pekan lalu, Turki sempat mengirimkan drone bersenjata ke Ukraina.
Drone yang dipasok dari Turki ke Ukraina memiliki keunggulan tersendiri, di mana drone Bayraktar mampu melakukan perjalanan lebih cepat dari Shahed-129 milik Iran.
Kecepatan maksimum Bayraktar adalah sekitar 138 mph, sehingga drone Turki memiliki daya tahan lebih lama, yang berarti mereka dapat melakukan perjalanan untuk waktu yang lebih lama.
Turki mengatakan drone-nya mampu melakukan perjalanan hingga 27 jam, menurut Washington Institute.
Bayraktar TB2 bahkan dilaporkan mampu melakukan perjalanan sedikit lebih tinggi, mencapai ketinggian maksimum sekitar 25.000 kaki.***