Namun, disrupsi yang terjadi dalam periode tahun 2016 hingga 2019, disinyalir banyak perusahaan taksi konvensional menderita kerugian hingga gulung tikar, akibat tidak cukup cepat mengadopsi teknologi sehingga tidak bisa mengakomodir kebutuhan konsumen.
Salah satu perusahaan taksi yang cukup terdampak kala itu adalah Koperasi Serba Usaha (KSU) Pataga. Bukan hanya ditinggalkan konsumen, taksi yang berdiri sejak 1985 itu juga ditinggalkan para pengemudinya.
Ketua Paguyuban Taksi Pataga, Sujarwo Candra pada tahun 2019 menjelaskan, “Sesuai SK Gubernur, di DIY seharusnya kuota armada taksi yang beroperasi paling tidak 1.000 unit. Namun, saat ini yang beraktivitas hanya sekitar 600-700 unit armada.”
Lebih lanjut dia mengaku bahwa fenomena kehadiran taksi daring ini muncul bagaikan tsunami, dengan dampak yang bahkan lebih buruk dari krisis ekonomi, yang ia analogikan hanya seperti badai.
Baca Juga: Banyak lowongan kerja palsu, Vindes Corp ingatkan fans supaya waspada dan terhindar dari penipuan
Pada saat itu, banyak operator taksi merugi karena tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal. Bahkan, banyak yang menjual asetnya, sebagai dampak dari penurunan drastis jumlah pengemudi kala itu.
“Di Pataga, pada kala itu, terdapat 59 unit taksi dengan 80 pengemudi. Seiring waktu, jumlah unit armada di Pataga hanya tersisa 25 unit. Pada waktu itu tidak ada dewa penolong, pilih mati atau hidup," tutur Sujarwo.
Perjuangan KSU Pataga dalam mempertahankan bisnis dan operasionalnya bukan tanpa upaya ekstra.
Mereka berupaya melakukan transformasi digital dengan mengimplementasikan metode pemesanan daring melalui aplikasi berbasis sistem IOS dan Android guna memberikan kemudahan layanan bagi pemakai jasa taksi Pataga.
Sayangnya, aplikasi tersebut sulit dioperasikan dan justru mempersulit transaksi jasa mereka. Akibatnya, banyak konsumen yang mengeluh dan kecewa terhadap pelayanan taksi Pataga. "Makin lama, ujian saya makin banyak," pungkasnya.
Di tengah keputusasaan itu, angin segar datang dari PT Blue Bird Tbk, yang menginisiasikan program “Kawan Bluebird”.
Program tersebut dibangun untuk menggalakan kerjasama operasional dengan taksi lokal daerah di beberapa propinsi di Indonesia dengan tujuan jangka panjang untuk menghidupkan kembali industri taksi lokal di Indonesia.
Artikel Terkait
Daftar lokasi SIM Keliling Jakarta, jangan lupa siapkan dokumen ini
6 Cawapres potensial Prabowo di Pilpres 2024, salah satunya Gibran anak Jokowi
Venna Melinda ternyata juga serahkan dua cincin berlian pemberian Ferry Irawan, mengaku tidak benci siapapun
Kembali ke KPK, Brigjen Endar Priantoro berterima kasih kepada Presiden Jokowi
Venna Melinda kembalikan dua cincin berlian dari Ferry Irawan: Saya tidak sakit hati dengan semua perlakuan...