unik-menarik

Kasus pembunuh berantai Rian Jombang, kisah horor dibalik senyum manis

Rabu, 27 September 2023 | 16:30 WIB
Temukan kengerian di balik senyum: Cerita lengkap tentang kasus Rian Jombang, pembunuh berantai yang mengguncang Indonesia (Twitter @mwv_mystic)

Baca Juga: Presiden FIA Mohammad Ben Sulayem bertemu Ketua IMI Bambang Soesatyo di Bali untuk tingkatkan kemitraan

Semua pembunuhan yang dilakukan Rian terjadi saat keluarganya tidak berada di rumah untuk waktu yang singkat.

Motifnya sangat beragam, mulai dari tersinggung, cemburu, hingga marah karena digoda oleh wanita.

Namun, yang lebih mengerikan adalah fakta yang ditemukan oleh dr. Mun’im Idries, seorang dokter forensik yang menangani kasus ini.

Dia menemukan bahwa Heri masih hidup ketika tubuhnya dimutilasi, yang terindikasi dari peradangan di jaringan paha kanan korban.

Baca Juga: UNESCO tetapkan poros axis kosmologis Yogyakarta dan landmark bersejarahnya jadi warisan budaya Indonesia

Hal ini menggambarkan bahwa Rian Jombang melakukan pemotongan saat korban masih hidup.

"Kita periksa ternyata di paha kanannya, saraf mikroskopik, ditemukan reaksi radang tadi, berarti motongnya sebelum tewas," jelas dr. Abdul Mun’im Idries.

Pada tahun 2009, Rian dijatuhi vonis hukuman mati di Pengadilan Negeri Depok. Namun, hingga saat ini, eksekusinya masih tertunda.

Kasus ini mengingatkan kita pada kehadiran serentetan pembunuh berantai di Indonesia yang, dengan motif dan alasan yang mungkin sepele bagi sebagian orang, mampu membuat seseorang melampaui batas kemanusiaan.

Baca Juga: Pestapora gunakan lagu Cuma Saya tanpa izin, MAC tuntut klarifikasi dan penyelesaian

Kisah-kisah seperti ini sering diangkat dalam berbagai judul film, termasuk "Cangkul Yang Dalam," sebuah seri yang menggunakan lagu anak-anak sebagai latar belakang kisah mengerikan tentang pembunuh berantai.

Penting bagi kita untuk tetap berhati-hati dan waspada terhadap kengerian yang mungkin ada di sekitar kita, bahkan di balik senyum yang tampaknya ramah.***

 

 

Halaman:

Tags

Terkini