Pemerhati soroti penyebab maraknya perempuan jadi korban Pinjol

photo author
- Senin, 28 April 2025 | 22:04 WIB
Tekanan ekonomi dan rendahnya literasi keuangan menjadi faktor utama mengapa banyak perempuan terjebak dalam pinjaman online ilegal.  (www.digtara.com)
Tekanan ekonomi dan rendahnya literasi keuangan menjadi faktor utama mengapa banyak perempuan terjebak dalam pinjaman online ilegal. (www.digtara.com)

JAKARTA INSIDER - Maraknya kasus perempuan menjadi korban pinjaman online (pinjol) ilegal mendapat sorotan tajam dari berbagai pemerhati sosial.

Banyak faktor kompleks yang melatarbelakangi tingginya angka korban dari kalangan perempuan, mulai dari tekanan ekonomi, kurangnya literasi keuangan, hingga jebakan iklan pinjaman cepat di dunia digital.

Dikutip dari laman resmi www.rri.co.id Menurut pemerhati sosial, perempuan, terutama yang menjadi tulang punggung keluarga, sering kali menghadapi kebutuhan ekonomi mendesak.

Baca Juga: PPATK: Lonjakan judi online dipicu tingginya permintaan dari masyarakat

Situasi ini membuat mereka rentan mencari solusi instan, salah satunya melalui pinjaman online.

Selain faktor ekonomi, rendahnya pemahaman terhadap risiko finansial juga menjadi penyebab utama.

Banyak perempuan yang tidak menyadari konsekuensi jangka panjang dari meminjam uang secara online tanpa mempertimbangkan legalitas penyedia jasa.

Baca Juga: Veronica Tan ungkap dua solusi cegah kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Mereka juga kerap tergoda dengan tawaran yang tampak mudah dan cepat, tanpa menyadari jebakan di baliknya.

Pemerhati juga menyoroti peran media sosial yang turut memperparah situasi. Berbagai iklan pinjol ilegal dengan iming-iming “cair cepat” membanjiri platform digital, menyasar perempuan yang tengah dalam kondisi terdesak.

Minimnya perlindungan terhadap data pribadi pun memperbesar risiko penyalahgunaan data untuk intimidasi saat terjadi gagal bayar.

Baca Juga: Polda Kaltim ungkap peredaran Narkoba di Samarinda-Balikpapan, 8 orang ditetapkan sebagai Tersangka

Melihat fenomena ini, para pemerhati mendorong adanya edukasi literasi keuangan yang lebih masif, terutama menyasar kelompok rentan seperti perempuan pekerja informal, ibu rumah tangga, dan mahasiswa.

Penting bagi perempuan untuk membangun kesadaran finansial sejak dini, memahami hak-hak sebagai konsumen, dan waspada terhadap segala bentuk penawaran pinjaman daring yang mencurigakan.
***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Isti Wahyu Kurnianingsih

Sumber: www.rri.co.id

Tags

Rekomendasi

Terkini

X