Mbok Yem, penolong para pendaki yang lapar dan lelah

photo author
- Kamis, 24 April 2025 | 13:22 WIB
Di balik kabut tebal dan dinginnya puncak Lawu, ada hangatnya warung kecil milik Mbok Yem. (www.rri.co.id)
Di balik kabut tebal dan dinginnya puncak Lawu, ada hangatnya warung kecil milik Mbok Yem. (www.rri.co.id)

JAKARTA INSIDER - Di tengah dinginnya kabut dan sunyinya jalur pendakian Gunung Lawu, ada satu tempat yang selalu jadi harapan bagi para pendaki yang kelelahan: warung sederhana milik Mbok Yem.

Berada di dekat puncak Hargo Dalem, warung ini bukan hanya sekadar tempat makan, tapi juga simbol kehangatan dan kepedulian.

Dikutip dari laman resmi www.rri.co.idMbok Yem, sosok wanita tua yang sudah puluhan tahun tinggal di lereng Lawu, dikenal sebagai penjaga bagi para pendaki.

Baca Juga: Daun Salam: Rempah dapur sejuta manfaat untuk menunjang kesehatan tubuh

Dengan tangan penuh kasih, ia menyambut setiap orang yang datang dengan senyum ramah dan sajian sederhana yang mengenyangkan: sego pecel, mi instan, teh manis hangat, hingga kopi hitam khas pegunungan.

Bukan hal mudah untuk tinggal dan membuka warung di ketinggian lebih dari 3.000 mdpl. Setiap logistik harus dibawa naik sendiri, dan hawa dingin menusuk tulang sudah menjadi teman sehari-hari.

Namun, Mbok Yem tak pernah mengeluh. Ia tetap setia melayani, bahkan ketika cuaca buruk atau jumlah pendaki sedang sedikit.

Baca Juga: Bahaya tersembunyi rokok elektrik: Kecanduan Nikotin hingga ancaman penyakit kronis

Banyak pendaki yang mengaku, makan di warung Mbok Yem adalah pengalaman spiritual tersendiri.

Bukan hanya karena lapar yang terobati, tapi juga karena mereka merasa seperti pulang disambut oleh sosok ibu di tengah alam liar.

Cerita-cerita tentang Mbok Yem pun menyebar luas, menjadikannya legenda hidup di kalangan pecinta alam.

Baca Juga: Bahaya tersembunyi rokok elektrik: Kecanduan Nikotin hingga ancaman penyakit kronis

Mbok Yem bukan sekadar penjual makanan di gunung. Ia adalah pengingat bahwa di tempat yang paling sunyi dan berat sekalipun, kebaikan masih bisa ditemukan.

Dalam setiap piring nasi hangat yang ia sajikan, terselip ketulusan, keberanian, dan cinta yang sederhana namun berarti besar bagi para pendaki.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Isti Wahyu Kurnianingsih

Sumber: www.rri.co.id

Tags

Rekomendasi

Terkini

X