Komunitas ini melakukan aktivitas mesumnya di sudut belakang hutan kota sehingga tidak tidak terpantau ditambah dengan minimnya lampu yang menerangi taman kota itu.
Lalu, menyikapi aktivitas komunitas yang telah melakukan tindak asusila di tempat ruang terbuka seperti ini, pengamat Sosial dan Budaya Devi Rahmawati yang juga dosen Universitas Indonesia (UI) mengatakan, dalam memahami kejadian ini, bukan persoalan LGBT nya saja.
"Tapi, faktor yang tidak kalah pentingnya bagaimana ruang terbuka publik seperti hutan kota Cawang ini seharusnya bisa dioptimalkan peruntukannyaagar dapat digunakan kelompok masyarakat dengan berbagai kegiatan positif," ujar Devi.
Baca Juga: Petugas Lion Air diduga lecehkan penumpang ketika check in, buka hp pribadi hingga buka galeri
Menurut Devi, dalam hal ini pihak Pemda harus harus serius mengelolanya. Yakni dengan membuat standar aturan yang jelas, lalu membuat pembagian jadwal berbagai kegiatan dan atau promosi budaya leluhur kita.
Sehingga jelas peruntukannya dan dapat di manfaatkan kelompok-kelompok masyarakat dengan berbagai aktivitas positif, sebut Devi.
Sebab, ruang publik seperti taman kota ini sangat dibutuhkan masyarakat. Seperti kelompok anak-anak muda untuk mengekspresikan aktivitas positif mereka atau kelompok masyarakat lainnya sehingga peruntukannya jelas dan dapat digunakan sebaik-baiknya
Dengan memiliki design konsep dan aturan yang jelas, ditambah dengan pengawasan Pemda, seperti penerangan yang tidak minim, CCTV, promosi budaya, dan membuat jadwal aktivitas positif setiap harinya oleh pemerintah sebagai pengelola, maka taman ruang terbuka sangat bermanfaat.
Sehingga, lanjut Devi, ruang publik taman kota ini tidak bisa lagi dimanfaatkan oleh komunitas LGBT yang tidak tidak sesuai dengan budaya kita.
Untuk antisipasi leluasanya pergerakan LGBT ini, lanjut Devi, maka pemerintah perlu mempromosikan tentang nilai-nilai budaya Indonesia sehingga dapat menutupi nilai-nilai yang di promosikan komunitas ini.
"Jadi, kita tidak saja berbicara dan mengutuk bagaimana mengantisipasi aktivitas komunitas ini tapi melakukan promosi berkelanjutan dengan melakukan promosi nilai-nilai luhur budaya kita," ungkap Devi.
Seperti diketahui derasnya informasi tentang komunitas seperti ini diberbagai sosial media. Kita jangan sampai kalah dengan mempromosikan tentang informasi luhur budaya kita sebagai bentuk perimbangan.
"Jangan sampai informasi dari komunitas ini duluan merasuki jiwa dan sukma anak-anak muda kita. Dan komunitas ini yang memang gencar mempromosikan aktivitas mereka secara serius," ujarnya.