JAKARTA INSIDER - Di Pertemuan Tingkat Tinggi PBB mengenai Perjuangan Melawan Tuberkulosis (HLMTB) yang berlangsung di New York pada tanggal 22 September, Menteri Kesehatan Indonesia, Budi G. Sadikin, memberikan bukti konkret akan komitmen Indonesia untuk mengakhiri wabah tuberkulosis (TBC).
Dalam pidatonya, Menkes Budi mengungkapkan bahwa Indonesia telah mencatatkan lebih dari 724.000 kasus TBC baru pada tahun 2022, angka yang signifikan naik dari 568.000 kasus sebelum pandemi COVID-19.
"Ukuran sebenarnya dari kesuksesan kita adalah nyawa yang kita selamatkan," ujar Menkes Budi, menekankan urgensi dalam upaya pengendalian TBC.
Komitmen Indonesia untuk mengakhiri TBC tidak hanya berhenti pada peningkatan notifikasi kasus, tetapi juga tercermin dalam tindakan nyata yang dilakukan pemerintah.
Pada tahun 2021, Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden yang menjadi komitmen politik tertinggi untuk mengakhiri TBC.
Selain itu, Indonesia menjalankan koordinasi dan sinkronisasi antar 15 kementerian yang berbeda dalam upaya pencegahan dan pengendalian TBC.
Baca Juga: Guinness World Records: Penampilan angklung terbesar di dunia dengan 15.110 peserta di satu panggung
Menkes Budi juga menekankan bahwa Indonesia telah melibatkan masyarakat dan kader kesehatan dalam upaya ini.
Mereka melakukan investigasi kontak pada 300.000 populasi berisiko tinggi dan membentuk Pasukan TBC untuk memantau pasien yang mangkir.
Selain itu, Indonesia mengupayakan inovasi dalam diagnostik TBC, meningkatkan surveilans TBC, dan memanfaatkan lebih dari 1.000 laboratorium BSL-2 yang sebelumnya didedikasikan untuk COVID-19 untuk melakukan diagnosa.
Baca Juga: Alva Cervo: Motor listrik canggih dan stylish untuk pengemudi urban
Selain langkah-langkah tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara di Asia yang menerapkan pengobatan BPaL dan BPaLM untuk TBC yang resisten terhadap obat secara nasional.
Hal ini signifikan dalam mengurangi durasi pengobatan dan meningkatkan hasil pengobatan pada pasien yang resisten terhadap obat.